Selamat Datang di CATATAN REDAKTUR ENSIKLOPEDIA PRAMUKA
go to my homepage
Go to homepage

Pages

Labels

KA MABINAS GERAKAN PRAMUKA DARI MASA KE MASA

KA.Mabinas Gerakan Pramuka Dari Masa ke Masa:Diawali oleh Ir Soekarno, Soeharto,Baharudin Jusup Habibie,K.H.Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarno Putri dan Soesilo Bambang Yudhoyono...

ENSIKLOPEDI PRAMUKA.....

Sejarah Panjang Gerakan Pramuka telah melahirkan banyak peristiwa,tokoh,benda tradisi istilah kependidikan istilah organisasi dan berbagai hal lainya yang pelu di dokumentasikan......

PANJI GERAKAN PRAMUKA...

ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Sri Sultan Hamengku Buwono IX menerima Panji Gerakan Pendidikan Kepanduan Pramuka dari Presiden Soekarno pada tanggal 14 Agustus 1961 di Istana Merdeka

APEL BESAR...

Para penggalang Putra dan Putri mengikuti Apel Besar Hari Pramuka yang Diselenggarakan tanggal 18 Agustus 1986 di Istana Merdeka Jakarta.......

KA KWARNAS GERAKAN PRAMUKA DARI MASA KE MASA.

Ka Kwarnas Gerakan Pramuka dari masa ke masa : Sri Sultan Hamangkubuwono IX 1961-1974, H.M. Sarbini 1974-1978(meninggal Th 1977), Mashudi 1974-1993, Himawan Sutanto 1993-1998, H.A. Rivai Harahap 1998-2003,Azrul Azwar 2003-2013,Adhyaksa Dault 2013-2018.

Jumat, 14 November 2014

Menyambut Penyusunan SKK Pramuka Baru



 Catatan ensiklopediapramuka on line :
MENYAMBUT PENYUSUNAN SKK PRAMUKA BARU
 Oleh : Anis Ilahi Wh - Redaktur


Lokakarya SKK Baru

Upaya Kwarnas Gerakan Pramuka memperbaharui SKK melalui " Lokakarya Penyempurnaan Syarat Kecakapan Khusus Golongan Siaga dan Penggalang" patut disambut gembira. Sebab SKK merupakan isntrumen pendidikan yang sangat strategis dalam kaitan dengan penyaluran hobi, minat dan pengembangan ketrampilan peserta didik di masa kini yang akan bermanfaat di masa depan.

Lokakarya yang berlangsung dari tanggal 10 -12 November 2014 di Taman Rekreasi Wiladatika (TRW) Cibubur, Jakarta menghasil 41 jenis SKK baru, melengkapi SKK lama yang selama ini telah ada dan digunakan. Sejumlah SKK baru tersebut adalah adalah SKK Robotics, SKK Pelopor Keselamatan Berkendara, SKK Survival, SKK Kolektor, SKK Pendaki Gunung, SKK Berkuda, SKK Master of Ceremony, SKK Tali Temali, SKK Geochacing/GPS, SKK Film, SKK News Anchors, SKK Fotografi, SKK Public Spekaing, SKK Membaca, SKK Kewirausahaan, SKK Multimedia, SKK Konsevasi Alam, SKK Penanggulangan Bencana, SKK Dapur Umum, SKK Risk Management, SKK Perawat Lansia, SKK Pendidik Sebaya, SKK Membatik, SKK Pembonsai, SKK Daur Ulang, SKK Budidaya Jamur, SKK Budidaya rumput Laut, SKK Budidaya Lobster, SKK Budidaya SIdat, SKK Pemangkas Rambut, SKK Masseur, SKK Pemanjat Tebing, SKK Jurnalistik, SKK Pionering, SKK Media Sosial, SKK Korespondensi, SKK Penari, SKK Pemahat, SKK Camping, SKK Tembikar, SKK Olahraga Arus Deras (www.pramuka.or.id) 

Sebuah Catatan

Barangkali akan lebih komprehensif jika merancang SKK sebagai sebuah sistem, misalnya dilakukan dengan pendekatan analisis input, proses, output dan out come. Menyusun SKK yang langsung "jumping" ke tema terkesan menggampangkan persoalan. SKK sebagai salah satu metode dalam sistem pendidikan kepramukaan sebenarnya bersifat sistemik atau terdiri dari beragam unsur yang saling terkait. Dengan kata lain kesuksesan SKK sebagai instrumen pendidikan kepramukaan tidak hanya sebatas pada keragaman  jenis, namun juga terkait dengan proses pencapaian, nilai guna, sarana prasarana, metode pengujian, sumberdaya pelatihan, dsb.

Sebagai misal, jika mau rumit sedikit melalui analisis input akan ditemukan keberagaman input peserta didik yang akan menempuh SKK baik atas dasar latar belakang kultur, pendidikan, sosial, ekonomi, budaya dsb. Sangat mungkin jika analisis ini dilakukan SKK akan dapat disusun "mana yang bersifat nasional - mana yang bersifat lokal". Para siaga dan penggalang yang berlatar kultur laut misalnya tidak perlulah diajari SKK menebang pohon. Dengan pendekatan ini maka sangat dimungkinkan ada SKK yang bersifat lokal baik tingkat kwarda, karcab atau bahkan kwaran. Jika angkah ini dilakukan maka baru disebut ada terobosan karena pendidikan kepramukaan tidak lagi didesaian "sentarlistik atau jakarta sentris" tetapi juga desentralistik dengan menghargai dan memanfaatkan kearifan lokal sebagai materi pendidikan kepramukaan.

Pada aspek proses pencapaian SKK juga perlu dipertegas bahwa SKK adalah instrumen pendidikan kepramukaan yang lebih bersifat "community education bases" dalam arti tidak harus Pembina Pramuka yang bertindak sebagai satu-satunya narasumber latihan dan penguji SKK (betapa sangat supernya kalau Pembina Pramuka harus menguasasi semua TKK yang ada). Para Pramuka bisa menempuh SKK melalui pemanfaatan potensi ajar yang ada dilingkungan kehidupannya atau lingkungan masyarakatnya, misalnya belajar TKK menjahit dengan Penjahit yang ada disebelah rumah, Kakak Pembina tinggal mengatur model supervisi dan model penilaian kompetensinya, dsb. Apakah kedepan proses semacam ini yang diinginkan dalam pencapaian TKK atau ada proses lain. Tim Penyusun mestinya juga memikirkan hal ini.

Pada sisi konten SKK seperti yang dijelaskan di atas, mungkin karena pendekatannya mengiventaris konten dulu maka ada yang skupnya terlalu luas. SKK Film misalnya kemana arahnya apa hanya sebagai apresiator, kolektor, komunikator atau produksi. Kalau produksi apakah ke penulisan, penyutradaraan, akting, editing, dsb. Sebagai bahan masukan dalam pendidikan formal sekolah film itu jenjangnya kalau tidak D3 ya S1.

Konten atau tema SKK pada dasarnya tidak berdiri diruang hampa, ia berdiri disekitar lingkungan peserta didik yang terus berubah dan berwarna-warni. Agar mampu mengakomodasi keberagaman konten inilah, barangkali pada tahap awal penyusunan SKKK perlu dikemas dalam rumpun-rumpun sebelum diolah menjadi satuan-satuan kecil. Beberapa rumpun SKK yang sangat dekat dengan dunia kekinian anak dan remaja Indonesia sebagai "generasi digital", misalnya : rumpun ICT (information & Communication Technology), rumpun ekonomi kreatif (iklan, film/tv, advertising, design komunikasi visual, dsb), rumpun seni budaya nasional (tari, nyanyi, permainan, atraksi, dll), rumpun pendidikan perdamaian (peace education), dsb. Masing-masing rumun akan memiliki rincian lagi yang dapat dijadikan sebagai referensi penyusunsn SKK.

Pendidikan kepramukaan adalah upaya memberikan pengalaman sebanyak-banyaknya kepada peserta didik untuk menghadapi masa depannya. Dalam konteks semacam ini penyusunan SKK hendaknya jangan hanya berhenti pada out put yaitu hanya sampai pada kemampuan meraih TKK, namun perlu dirancang agar out put tersebut relevan dan memiliki nilai guna atau out come bagi kehidupan peserta didik baik sebagai mahluk individu, mahluk sosial (bermasyarakat) maupun berbangsa.

Misalnya seorang pramuka yang berhasil meraih TKK Apresiasi Film, ia juga  memiliki kemampuan memanfaatkan ketrampilannya itu untuk mengedukasi teman sebaya tentang film yang sehat, atau memanfaatkan ketrampilannya untuk menyiapkan dirinya di sekolah film di masa depan, dsb. TKK yang memiliki nilai guna bagi kehidupan masa depan peserta didik akan sangat bermakna dan menyenangkan. Pendidikan Kepramukaan akan memberi arti bagi arah kehidupannya di masa depan agar lebih baik dari hari ini.

Mungkin saya berfikir terlalu rumit ya. Namun saya berpandangan "merencanakan sebuah sistem pendidikan kalau mau digampangkan ya memang gampang, meski demikian  hendaknya kita semua memiliki keyakinan agar hasilnya lebih bermanfaat perlu upaya yang lebih dimensional (menghitung beragam aspek). Catatan ini hanya sekedar masukan. Salam -


 
Catatan Ensiklopedia Pramuka merupakan kolom opini redaksi yang mengulas topik-topik kontemporer pendidikan kepramukaan seperti : renewing scouting, pramuka dan media, pramuka sebagai ekskul wajib, kepemimpinan, inovasi media dan metode latihan, pendidikan perdamaian, pendidikan moral dan etika, dll.