Selamat Datang di CATATAN REDAKTUR ENSIKLOPEDIA PRAMUKA
go to my homepage
Go to homepage

Pages

Labels

Jumat, 19 Juni 2015

Urban Scouting : Antara Ketrampilan Hidup di "Alam Bebas" dan Ketrampilan Hidup di "Alam Kota" (6b)


image : in2eastafrica.net


catatan ensiklopediapramuka on line :

URBAN SCOUTING :
ANTARA KETRAMPLAN HIDUP DI "ALAM BEBAS" DAN
KETRAMPILAN HIDUP DI "ALAM KOTA" (6B)

Oleh :
Anis Ilahi Wh  (Ketua DKD Kwarda Yogya 1987 - 1991)



Pengantar
  • Merujuk pada Buku Panduan Kursus Pelatih Pramuka Mahir, yang diterbitkan Kwarnas Gerakan Pramuka (2011) disebutkan bahwa kegiatan pendidikan kepramukaan merupakan kegiatan di alam terbuka (outdoor activity) yang mengandung dua nilai, yaitu : Nilai formal, atau nilai pendidikan yang terkait dengan pembentukan watak (character building ), dan Nilai materiil, atau yang terkait dengan pendidikan nilai kegunaan praktisnya. Dengan kata lain pendidikan kepramukaan memiliki dimensi pendidikan soft skills (pendidikan karakter/pendidikan nilai-nilai) dan hard skill (ketrampilan praktis).
  • Dalam penerapannya di lapangan, pendidikan kepramukaan dalam kaitan dengan pendidikan soft skills atau pendidikan karakter jauh lebih maju dibanding dengan pendidikan hard skill atau pendidikan ketrampilan. Materi, media dan metode pendidikan soft skill jauh lebih banyak tersedia termasuk sumber daya pendukung kependidikanya seperti ketersediaan pembina dan pelatih (lihat tulisan sebelumnya tentang 21 paramater pendidikan soft skills).
  • Tidak demikian halnya dengan pendidikan hard skill (pendidikan ketrampilan), pendidikan kepramukaan tampak gamang menyiapkan pilihan materi, metode dan media pendidikannya. Satuan Karya dan SKK-TKK yang sebenarnya merupakan salah satu bentuk inovasi pendidikan hard skill kurang tampak berkembang secara masif, oleh karena keterbatasan logistik, sumberdaya (instruktur) maupun metode, materi dan media latih yang sesuai dengan apsirasi anak dan remaja khususnya anak dan remaja di wilayah perkotaan. Harus diakui sejumlah SKK dan TKK terlambat dikembangkan sesuai kemajuan zaman, karena hingga saat inipun masih ditemukan misalnya SKK dan TKK mengirim wesel pos, teknologi pengiriman uang yang sudah tidak dikenal lagi pada saat ini.

Traditional Scouting Skills
  • Dalam hal pendidikan ketrampilan, pendidikan kepramukaan masih terpaku pada ketrampilan penguasaan morse dan isyarat, semaphore, tali temali, pionering, peta pita, peta panorama dan sejumlah jenis ketrampilan lain, yang sering dikategorikan sebagai "traditional scouting skills". Pilihan ini tidak salah namun harus diakui kurang relevan dan kurang mengundang minat khususnya untuk anak dan remaja perkotaan yang terbiasa berhadapan dengan beragam jenis "pendidikan ketrampilan" yang sangat menantang dan relevan dengan kehidupannya baik di masa kini maupun masa depan, misalnya ketrampilan industri kreatif (musik, fashion, kuliner, film, animasi).
  • Pada awalnya BP menggulirkan pendidikan kepanduan memang untuk anak-anak kota dengan menjadikan "alam bebas" sebagai arena dan media latihan. Dalam konteks seperti itu maka ketrampilan-ketrampilan "kehidupan di alam bebas" menjadi salah satu meteri dan kompetensi yang harus dimiliki peserta didik agar "survive" hidup di alam bebas. Diantara beragam ketrampilan untuk hidup di alam bebas itu adalah jenis-jeniss ketrampilan traditional scouting yang disebutkan di atas. 
  • Melalui penguasaan ketrampilan traditional scouting itulah - pendidikan karakter dengan menggunakan "alam bebas" sebagai media latih ditanamkan. Para Pramuka dilatih agar bisa survive di alam bebas harus menguasai ketrampilan (hard skills) pionering, semaphore, tali - temali dsb, serta memiliki sikap dan karakter positif (soft skills) seperti kedisiplinan, kemandirian, keberanian, kerjasama, kepemimpinan, kecermatan, dsb. Jadi traditional scouting skills pada dasarnya adalah ketrampilan untuk "hidup di alam bebas"

Urban Scouting Skills
  • Urban scouting adalah pendidikan kepramukaan dengan menjadikan "alam kota" sebagai arena dan media latih dengan berpegang teguh pada filosofi, nilai-nilai dan prinsip dasar pendidikan kepanduan yang digagas oleh BP dan dikembangkan atas dasar kearifan dan tantangan lokal oleh Bapak Pramuka Indonesia, Sri Sultan Hamengkuwubowo IX. Pemikiran ini dilandasi bahwa aspirasi anak dan remaja kota sudah sedemikian kompleks, beragam dan jauh kedepan sehingga memerlukan "layanan pendidikan kepramukaan yang tidak hanya berbasiss pada alam bebas dengan segenap dimensinya namun juga berbasis alam kota tempat mereka sehari-hari tinggal, tumbuh dan berkembang". Urban scouting adalah pendidikan kepramukaan yang memanfaatkan "alam bebas" dan "alam kota" secara bersama-sama, saling melengkapi untuk menghadirkan kegiatan kepramukaan yang inovatif, kreatif, rekreatif, relevan dan dekat dengan lingkungan peserta didik.
  • Pada tataran "soft skills" urban scouting tetap menggunakan segenap media, materi dan metode pendidikan kepramukaan yang selama ini dikenal seperti kiasan dasar, upacara sebagai media pendidikan, permainan yang mengandung pendidikan, halang rintang, cerita - nyanyi dan tepuk tangan, perkemahan, penjelajahan, bivak, sistem beregu, dsb. Pada aspek pendidikan karakter atau soft skills - urban scouting cukup menggunakan instrumen-isntrumen pendidikan kepramukaan yang sudah ada. Justru disinilah kelebihan pendidikan kepramukaan memliki sumber daya latihan pendidikan karakter yang melimpah.
  • Namun demikian pada tataran "hard skills" urban scouting perlu merumuskan kembali ketrampilan-ketrampilan baru melengkapi ketrampilan-ketrampilan tradisional yang selama ini sudah dikenal. Terlalu terpaku pada ketrampilan tradisional akan menyebabkan pendidikan kepramukaan tidak menarik karena tidak lagi relevan dengan lingkungan hidup para peserta didik. Dalam kaitan ini terdapat sejumlah materi pendidikan ketrampilan yang bisa dijadikan sebagai materi "Urban Scouting Skills" (lihat pada tulisan urban sscouting sebelumnya).
 Manajemen Urban Scouting Skills
  • Penerapan "urban scouting skills" membutuhkan pendekatan menejemen gugusdepan dan kwartir yang baru dan membutuhkan kompetensi baru para pembina pramuka. Beragamnya bentuk dan sifat "urban souting skills" tentu tidak mungkin dikuasai oleh seorang pembina pramuka juga tidak mungkin hanya dikelola oleh jajaran kwartir. 
  • Dalam kaitan dengan hal di atas maka perlu : dikembalikan konsep pendidikan kepramukaan sebagai pendidikan yang terbuka, pembentukan jaringan supporting pendidikan kepramukaan berbasis masyarakat dan pemerintah (memaksimalkan kembali peran andalan dan mabi), perlu menghidupan kembali korps instruktur ditingkat kwaran/kawrcab yang melayani gudep-gudep seperti : korps Instruktur IT Pramuka, Instruktur Kewirausahaan, Instruktur Digital Literacy, Instruktur Fashion, Instruktur Kuliner, Instruktur Hidroponik, Instruktur Solarcel, dsb, juga perlu diaktifkan kembali sanggar-sanggar latihan pramuka yang beragam (semua hal ini akan dijelasakan pada topik selanjutnya) - (Bersambung) - Salam. Anis Ilahi Wh.

Lihat entry/topik terkait :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Catatan Ensiklopedia Pramuka merupakan kolom opini redaksi yang mengulas topik-topik kontemporer pendidikan kepramukaan seperti : renewing scouting, pramuka dan media, pramuka sebagai ekskul wajib, kepemimpinan, inovasi media dan metode latihan, pendidikan perdamaian, pendidikan moral dan etika, dll.