Selamat Datang di CATATAN REDAKTUR ENSIKLOPEDIA PRAMUKA
go to my homepage
Go to homepage

Pages

Labels

KA MABINAS GERAKAN PRAMUKA DARI MASA KE MASA

KA.Mabinas Gerakan Pramuka Dari Masa ke Masa:Diawali oleh Ir Soekarno, Soeharto,Baharudin Jusup Habibie,K.H.Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarno Putri dan Soesilo Bambang Yudhoyono...

ENSIKLOPEDI PRAMUKA.....

Sejarah Panjang Gerakan Pramuka telah melahirkan banyak peristiwa,tokoh,benda tradisi istilah kependidikan istilah organisasi dan berbagai hal lainya yang pelu di dokumentasikan......

PANJI GERAKAN PRAMUKA...

ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Sri Sultan Hamengku Buwono IX menerima Panji Gerakan Pendidikan Kepanduan Pramuka dari Presiden Soekarno pada tanggal 14 Agustus 1961 di Istana Merdeka

APEL BESAR...

Para penggalang Putra dan Putri mengikuti Apel Besar Hari Pramuka yang Diselenggarakan tanggal 18 Agustus 1986 di Istana Merdeka Jakarta.......

KA KWARNAS GERAKAN PRAMUKA DARI MASA KE MASA.

Ka Kwarnas Gerakan Pramuka dari masa ke masa : Sri Sultan Hamangkubuwono IX 1961-1974, H.M. Sarbini 1974-1978(meninggal Th 1977), Mashudi 1974-1993, Himawan Sutanto 1993-1998, H.A. Rivai Harahap 1998-2003,Azrul Azwar 2003-2013,Adhyaksa Dault 2013-2018.

Kamis, 28 Mei 2015

Urban Scouting : Potensi Kota Sebagai Lingkungan Pendidikan Kepramukaan (6A)





catatan ensiklopediapramuka on line :

URBAN SCOUTING : POTENSI KOTA SEBAGAI LINGKUNGAN
PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN (6A)

Oleh : Anis Ilahi Wh
(Ketua DKD Kwarda DIY, tahun 1987 - 1991)
 

Pengantar

  • Merujuk pada Buku Panduan Kursus Pelatih Pramuka Mahir, yang diterbitkan Kwarnas Gerakan Pramuka (2011), maka Pendidikan Kepramukaan disebut sebagai proses pendidikan yang praktis, di luar sekolah dan di luar keluarga yang dilakukan di alam terbuka dalam bentuk kegiatan yang menarik, menantang, menyenangkan, sehat, teratur dan terarah, dengan menerapkan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Pendidikan Kepramukaan, yang sasaran akhirnya adalah terbentuknya kepribadian, watak, akhlak mulia dan memiliki kecakapan hidup.
  • Proses pendidikan di luar sekolah dan di luar keluarga serta berlangsung di alam terbuka, merupakan dua aspek penting yang terkait dengan upaya pengembangan urban scouting. "Kota" dengan segenap sisinya merupakan "alam terbuka" bahkan bisa dikatakan sebagai "buku dengan halaman tak terbatas" yang dapat menjadi sumber belajar atau latihan pramuka yang menarik, menantang, menyenangkan, sehat, teratur dan terarah dan berkorelasi erat dengan aspirasi anak dan remaja yang ada didalamnya termasuk anak dan remaja peserta didik Gerakan Pramuka.
  • Kiranya harus disadari bersama bahwa "menjauhkan" proses kegiatan dan latihan dengan "alam/lingkungan terdekat" peserta didik merupakan salah satu faktor tidak menariknya pendidikan kepramukaan. Anak kota idealnya berlatih dengan sumber alam/lingkungan kota tempat ia berpijak disamping juga berlatih dengan sumber alam/lingkungan bebas, alam hutan, alam rimba, alam kampung, dsb. Demikian pula sebaliknya.

Hubungan Gudep dan Lingkungan Kota

  • "Lingkungan kota" dapat melengkapi "keterbatasan lingkungan gugusdepan" sebagai arena berlatih kepramukaan, baik secara fisik maupun non fisik. "Lingkungan fisik gugusdepan di perkotaan" yang cenderung sempit dan terbatas tidak ideal sebagai arena latihan kepramukaan yang menekankan proses belajar di alam terbuka. Oleh sebab itu dalam konsep "urban scouting", gugusdepan dioptimalkan hanya sebagai "pangkalan pelaksanaan tugas administratif, titik berkumpul, titik kordinasi, titik perencanaan, dsb" adapun implementasinya menyebar di seantero kota dengan segenap variasi kegiatannya sesuai dengan target dan sasaran pelatihan yang ditetapkan para Pembina Pramuka.
  • "Lingkungan non fisik gugusdepan" dengan 1 Kakak Pembina melaksanakan segala hal untuk mengurus satuan, juga cenderung tidak mampu mengakomodir kebutusan peserta didik yang sangat beragam. Lingkungan kota dapat melengkapi kekurangan lingkungan non fisik gugusdepan terutama dalam hal menjadi sumber inspirasi latihan, media latihan, narasumber latihan, materi latihan, sarana prasarana latihan, agenda latihan, dsb.

Kota Pramuka & Susbtansial Branding
  • Jika setiap akhir pekan taman-taman atau ruang terbuka hijau di kota dipenuhi oleh para pramuka berlatih beragam kegiatan "soft skill dan hard skill" dengan serius, produktif, kreatif dan riang gembira, sarana-sarana transportasi umum (bus, kereta, angkot) berisi para pramuka yang sedang berlatih "penjelajahan" mengenal kotanya dengan beragam tugas, lingkungan kota (sungai, pasar, jembatan, trotoar, dll) berisi para pramuka yang sedang berbakti untuk menyelesaikan SKU, tokoh-tokoh masyarakat yang dituakan di kota itu dikunjungi oleh para Pramuka untuk berbagi cerita tentang nilai-nilai dan kebaijkan hidup, taman makam pahlawan, situs sejarah, kota tua dikunjungi oleh para pramuka yang sedang belajar sejarah, maka dengan itu semua suasana kota akan menjadi sebuah "Kota Pramuka" yang membanggakan.
  • Dengan model latihan semacam di atas maka akan membangun "trust" masyarakat luas kepada pendidikan kepramukaan. Jika sudah tumbuh "trust" maka dukungan akan mengalir deras diminta atau tidak diminta. Dukungan warga kota yang positif akan menjadi tambahan "nara sumber latihan" yang luar biasa. Dengan ini pula maka keberagaman narasumber akan didapatkan dengan mudah sekaligus membantu dalam menciptakan kegiatan kepramukaan yang "inovatif, progresif, relevan dan modern". 
  • Model pemanfaatan kota sebagai lingkungan latihan kepramukaan juga akan membantu meningkatkan citra pramuka. Hal itu karena pemanfaatan tersebut dapat dikategorikan sebagai "substansial branding" yaitu membangun "trust dan care" publik perkotaan terhadap pendidikan kepramukaan melalui "aksi pendidikan yang nyata". Langkah ini lebih efektif dibanding membangun "media branding" yang selama ini cukup mewabah di lingkungan organisasi Gerakan Pramuka. Apalagi jika "media branding" tersebut terjebak pada orientasi "personal branding" maka akan lebih menjauhkan "panggang dari api" alias "daging dan ikan panggangnya tidak matang-matang", padahal sudah lapar semua, hehe .... Salam. Bersambung ke 6B. (Anis Ilahi Wh).


Lihat entry/topik terkait :

Sabtu, 23 Mei 2015

Urban Scouting : Generasi Z, Soft Skills dan Simple Scouting (5C)

Hasil gambar untuk generasi z
image : bhanuaa.blogspot.com

catatan ensiklopediapramuka on line
GENERASI Z, SOFTSKILL & SIMPLE SCOUTING (5C)
Oleh : Anis Ilahi Wh
(Ketua DKD Kwarda XII DIY  1987 - 1991)




Pengantar

Sebagai pendidikan yang berbasis peserta didik sebagaimana Baden Powell - Bapak Pandu Dunia menyatakan "ask the boy" atau sebagaimana Sri Sultan Hamengkubuwono IX - Bapak Pramuka Indonesia menyatakan "Souting involve the active participation of te boys themselves", maka pencermatan dan pemahaman terhaap perkembangan karakter dan aspirasi peserta didik dari masa ke masa merupakan sebuah keniscayaan. Generasi Z merupakan salah satu teori generasi (Generation Theory) yang dapat digunakan sebagai rujukan untuk mengenal perkembangan karakter dan aspirasi peserta didik Gerakan Pramuka.

Sejumlah lembaga pendidikan telah menaruh perhatian mendalam terhadap lahirnya "generasi Z" ini. Hal itu karena generasi ini memiliki tipikal yang sangat spesifik, lahir sebagai akibat pengaruh pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, serta berada dalam lingkungan kehidupan yang sangat komplek baik secara sosial, ekonomi, kebudayaan maupun aspek-aspek kehidupan lainnya. Generasi Z banyak tumbuh di lingkungan perkotaan. Oleh sebab itu pengembangan "urban scouting" mesti mempertimbangkan aspek ini sebagai salah satu faktor penting, karena mereka membutuhkan "layanan pendidikan" yang betul-betul khas.

Generasi Z

Dalam teori generasi (Generation Theory) hingga saat ini dikenal ada 5 generasi, yaitu: Generasi Baby Boomer-lahir 1946-1964, Generasi X-lahir 1965-1980,Generasi Y-lahir 1981-1994, Generasi Z-lahir 1995-2010, dan Generasi Alpha-lahir 2011-2025. Generasi Z disebut juga iGeneration, Generasi Net, atau Generasi Internet. Generasi ini besar di era digital, dengan beragamm teknologi yang komplet dan canggih, seperti: komputer/laptop, HandPhone, iPads, PDA, MP3 player, BBM, dan aneka perangkat lainnya yang dapat digunakan untuk melakukan beragam pekerjaan dan mengakses beragam informasi dari berbagai belahan bumi.

Generasi Z memiliki ciri positip mahir dalam teknologi, mendapatkan informasi dengan mudah dan cepat, berkomunikasi dengan jejaring sosial, multitasking - melakakan banyak pekerjaan dalam waktu yang sama, dan menginginkan segala sesuatu berjalan cepat, serta gemar mendengar musik. Model kerjasama generasi Z sangat unik karena berbentuk kerjasama online atau kerjasama dalam dunia maya. Generasi Z senang dengan persoalan-persoalan yang membutuhkan pengambilan keputusan yang cepat, ditopang data dan memiliki banyak sisi. Andalan mereka adalah internet yang merupakan sumber data dan informasi yang sangat melimpah untuk mendukung pengambilan keputusannya.

Generasi Z memiliki kelemahan, yakni cenderung egosentris dan individualis, instan dan ingin hasil yang cepat, tidak sabar, tidak menghargai proses, kematangan kecerdasan emosional dan sosial yang cenderung rendah meski memiliki kecerdasan intelektual tinggi. Mereka oleh teknologi informasi dibentuk dalam lingkungan "yang jauh jadi dekat - yang dekat jadi jauh". Pernahkah kita melihat "dua remaja yang duduk berdekatan masing-masing sibuk dengan gadetnya-berkomunikasi dengan temannya yang jauh sembari tidak peduli denga sahabat yang ada didekatnya?", itulah salah satu fenomena Generasi Z.

Softskill

Pengembangan "soft skill" atau pengembangan kecerdasan spiritual, emosional dan sosial peserta didik merupakan salah satu potensi dan kekuatan pendidikan kepramukaan yang sangat relevan untuk "mengimbangi" tumbuhnya sifat-sifat negatif generasi Z. Namun demikian dibutuhkan kreativitas para Pembina Pramuka didalam menciptakan dan mengelola KEGIATAN "sofTskills" agar berdampak positip dan membantu pertumbuhan generasi Z memiliki karakter kepribadian yang kuat, baik dan benar.

Salah satu misal, pendidikan kepramukaan harus mampu memadukan dan memberikan pengalaman kepada peserta didik generasi Z apa makna perbedaan kerjasama di dunia maya dengan dunia nyata. Disamping itu pengembangan softskill harus dilaksanakan dengan berpusat pada peserta didik, multitasking, menciptakan kreativitas, menyenangkan dan menantang, relevan, kontekstual, bermuatan nilai, etika, estetika dan logika. (Salah satu contoh, baca seri tulisan ini No 4b - URBAN SCOUTING : SKENARIO URBAN "WIDEGAMES" SEBUAH MODEL. Contoh-contoh lain akan ditulis kemudian).

Simple Scouting

Pada ranah soft skill pendidikan kepramukaan dilaksanakan dengan hal-hal sederhana namun berdampak luar biasa bagi perkembangan pengetahuan, sikap dan ketrampilan peserta didik - itulah apa yang disebut dengan simple scouting. Upacara pembukaan latihan misalnya, sejatinya dapat digunakan sebagai ajang mengembangkan kepemimpinan, kedisiplinan, kerapihan, kecermatan, nasionalisme, keteladanan, kerjasama dsb. Konsep simple souting yang dirancang secara partisipatif dengan peserta didik merupakan sebuah kebutuhan untuk melatih generasi Z ini. Sejumlah ahli pendidikan menyatakan bahwa metode belajar bagi generasi Z paling tidak harus berproses dari mengamati, menanyakan, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan (lihat contoh kegiatan, pada link di bawah ini).

Sangat ideal kiranya jika fenomena Generasi Z ini dibahas secara tuntas dan dirumuskan menjadi kebijakan inovasi pendidikan Kepramukaan. Tugas itu tentu sangat relevan jika ditangani oleh Kwartir yang memiliki sumber daya dan dana cukup, baik untuk melakukan penelitian, perumusan, ekperimen, dan penyebaran kebijakannya. Meski demikian insiatif-inisiatif kecil juga layak dilakukan, seperti yang sedang kita lakukan bersama melalui seri dan diskusi di tulisan ini. Salam. Bersambung.

Urban Scouting : Arah Pengembangan Hard Skills Peserta Didik (5B)


image : linaestianablog.blogspot.con


Catatan ensiklopediapramuka online
 
URBAN SCOUTING :
ARAH PENGEMBANGAN HARD SKILL PESERTA DIDIK (5B)

Oleh :  Anis Ilahi Wh
(Ketua DKD Kwarda XII DIY, 1987 - 1991)



Pengantar


Pada tulisan yang lalu (5A) telah dibahas apa yang disebut dengan soft skill dan life skill. Pendidikan Kepramukaan sangat kaya dengan instrumen (metode, materi dan media) pendidikan soft skill peserta didik. Bahkan terdapat kecenderungan pengembangan intsrumen pendidikan soft skill memperoleh perhatian yang lebih sehingga kemudian pendidikan kepramukaan sangat identik dengan pendidikan karakter.

Pendidikan yang paripurna adalah model pendidikan yang mengembangkan soft skill dan life skill secara seimbang. Peserta didik disamping memperoleh kesempatan mengembangkan kecerdasan spiritual, intelektual dan sosialnya juga memiliki kesempatan untuk mengembangkan kecerdasan kinestetiknya atau kecerdasan berkarya, berkreasi dan berinovasi menghasilkan benda, alat dan barang untuk keperluan hidup dan kehidupannya. Pendidikan life skill sering disebut pula dengan pendidikan kecakapan hidup yang mensyaratkan adanya relevansi, kontekstualisasi dan korelasi degan kebutuhan hidup dan kehidupan peserta didik masa kini.

Jenis-jenis Pendidikan Life Skills

Berdasarkan tuntutan kehidupan anak-anak kota baik untuk kebutuhan masa kini maupun masa depannya, maka pengembangan harda skill dalam "urban scouting" kurang lebih sbb :

Urban Survival : pendidikan kecakapan untuk membekali peserta didik agar dapat hidup dengan layak dan survive di lingkungan perkotaan baik dalam situasi normal maupun darurat. Jenis-jenis pendidikan kecakapan ini seperti penguasaan safety ridding, peta dan lokasi, menejemen pemerintahan kota (pemahaman kantor2 pelayanan publik, dll), kecakapan menghadapi bencana sosial (kerusuhan, kriminalitas, narkoba, kelaparan, kesusilaan dll), kecapakan menghadapi bencana alam (gempa bumi, banjir, rob, dll), kecakapan menghadapi bencana lingkungan (pencemaran, pandemi dan endemi penyakit menular, polusi udara, pemanasan global, krisis energi, dll), serta kecakapan menghadapi bencana kemanusiaan (pengangguran, kemiskinan, anak jalanan, orang jompo, dll).

Ekonomi kreatif : pendidikan kecakapan berbasis pemanfaatan kreativitas, keterampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan mengeksploitasi daya kreasi dan daya cipta individu (Kementrian Perdagangan RI, 2005). Ekonomi kreatif disebut pula dengan industri budaya atau industri kreatif terdiri dari bidang-bidang : periklanan, arsitektur, barang seni, kerajinan, desain kreatif, feshion, videografi-film dan fotografi, permainan tradisional dan interaktif, musik, seni pertunjukan, penerbitan dan percetakan, piranti lunak dan aplikasi, televisi dan radio, kuliner, dsb.

Dari hoby ke profesi : jenis kegiatan ini termasuk pendidikan kecakapan yang disarankan oleh Baden Powell yaitu kegiatan-kegiatan yang awalnya dilakukan sebagai hoby kemudian dikembangkan menjadi profesi untuk memperoleh penghasilan. Jenis kegiatan ini antara lain : filateli, menulis (jurnalistik dan non jurnalistik), videografi dan photografi, wisata dan tour (traveling), menggambar dan melukis, pidato dan orasi, olahraga, tari dan koregografi, desian grafis, interior, dsb.

Job Creation Berbasis SAKA dan TKK : pendidikan kecakapan dengan melakukan pengembangan metode, materi dan media kegiatan Satuan Karya dan Pencapaian TKK sebagai salah satu program "job creation" atau penciptaan peluang dan lapangan kerja bagi para Pramuka khususnya Penegak Pandega. Untuk mendukung kegiatan ini diperlukan upaya merumuskan ulang kegiatan kesakaan dan TKK agar output lulusannya diakui oleh dunia kerja baik secara langsung maupun tidak langsung, khususnya untuk wilayah perkotaan.

Teknologi Tepat Guna : pendidikan kecakapan berbasis penciptaan, penguasaan dan pengembangan beragam jenis teknologi tepat guna yang dapat dimanfaatkan untuk menunjang kehidupan dan penghidupan diri dan keluarganya atau juga sebagai komoditas (barang jualan) yang bisa ditawarkan ke pihak-pihak lain. Untuk mendukung kegiatan ini yang diperlukan adalah Gerakan Pramuka membangun pusat-pusat pelatihan TTG atau bekerjasama dengan Instansi pemerintah/swasta pengembang teknologi ini.

Karya Inovasi Teknologi Sederhana : pendidikan kecakapan berbasis inovasi teknologi sederhana yang menunjang kehidupan kota untuk berbagai keperluan. Pendidikan ini berorientasi mengembangkan kecakapan mengkreasikan nilai tambah sebuah produk teknologi sederhana untuk menunjang kualitas hidup di perkotaan, misalnya alat bela diri sederhana, payung antik multi musim, kunci rumah anti maling, dsb.

Kewirausahaan : pendidikan kecapakan yang berorientasi untuk mengembangkan sikap mental dan jiwa yang selalu aktif, kreatif, berdaya, bercipta, berkarsa dan bersahaja dalam melaksanakan usaha produktif untuk dipasarkan pada khlayak ramai. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui pengembangan usaha-usaha produktf yang dilaksanakan secara bersama-sama untuk memberi pengalaman atau menumbuhkan jiwa berusaha.

Penutup

Dari uraian di atas tampak bahwa "hard skill" dalam paradigma "urban scouting" sangatlah luas cakupannya. Apakah mungkin Gerakan Pramuka khususnya para Pembina Pramuka dapat melakukan hal itu ? Jawabannya sangat mungkin, namun memang membutuhkan model pembinaan yang baru, yang barangkali juga membutuhkan rumusan kompetensi Pembina yang baru juga (akan kami bahas kemudian).

Keseimbangan "soft skill dan hard skill" dalam bahasa yang sangat ringan dapat dartikan agar para Pramuka tidak hanya bisa "menolong sesama hidup dan kasih sayang sesama manusia" tetapi juga mampu "menolong diri sendiri dan keluarganya" agar dapat hidup layak, berkualitas, mandiri secara sosial dan ekonomi di lingkungan perkotaan yang kompetetif, inovatif, kreatif dan dinamis. Salam. Bersambung ke (5C)


Lihat entry/topik terkait :


    Urban Scouting : Ke arah Manakah Skills Peserta Didik Dikembangkan ? (5A)

    image : businessworld.in

    catatan ensiklopediapramuka online

    URBAN SCOUTING :
    KE ARAH MANAKAH SKILLS PESERTA DIDIK DIKEMBANGKAN (5A)

    Oleh : Anis Ilahi Wh
    (Mantan Ketua DKD Kwarda DIY  1987 - 1991)



    Pengantar

    Diantara ciri-ciri kehidupan kota yang positif adalah kompetetif, serba cepat, kolaboratif, produktif, kreatif dan inovatif. Aspek-aspek ini harus menjadi perhatian pengembangan "urban scouting" khususnya dalam merumuskan arah karakter out put dan out comes pendidikan kepramukaan yang ingin diraih. Tugas pendidikan adalah "menyiapkan" anak-anak untuk menghadapi "masa depannya" bukan mengajarkan anak-anak untuk "kembali ke masa lalunya". Dalam dunia pendidikan "masa lalu" penting tapi sebatas sebagai bahan pembelajaran untuk mengambil yang baik dan meninggalkan yang buruk.

    Tataran strategis yaitu tujuan pendidikan kepramukaan perlu diterjemahkan dengan tataran teknis operasional yaitu tujuan latihan kepramukaan di tingkat satuan pendidikan seperti Gudep dan Saka. Pada tulisan ini, tataran teknis operasional pengembangan skills peserta didik "urban scouting" agar mudah, akan dipetakan menjadi dua yaitu tataran pengembangan "soft skills" dan "life skills".
    Pengembangan Soft Skills

    Merujuk pada Wikipedia, soft skills adalah istilah sosiologis yang berkaitan dengan kecerdasan emosional, sifat kepribadian, ketrampilan sosial, komunikasi, berbahasa, kebiasaan pribadi, keramahan, dan optimisme yang mencirikan kemampuan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain. Soft skills merupakan kecerdasan emosional dan sosial (Emotional Inteligence Quotient) yang sangat penting untuk melengkapi kecerdasan intelektual (Intelligence Quotient) dan kecerdasan kinestetik.

    Softs skills terbadi menjadi 2 yaitu keterampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain (inter-personal skills) dan dan keterampilan dalam mengatur dirinya sendiri (intra-personal skills). Terdapat 23 atribut soft skills seperti : inisiatif, mampu menerapkan manajemen diri, bertika/integritas, mampu menyelesaikan persoalan, berfikir kritis, dapat meringkas/memetakan persoalan, memiliki kemauan belajar, senang bekerjasama, memiliki komitmen, fleksibel, motivasi tinggi, kerja dalam tim, bersemangat, mandiri, dapat diandalkan, mau mendengar, komunkatif, tangguh, kreatif, argumentatif, analitis, disiplin terhadap waktu dan dapat mengatasi stres.
    Penguasaan peserta didik terhadap 23 atribut ini akan menjadikan dirinya sebagai pribadi yang berkualitas, mandiri, memiliki rasa percaya diri, dapat bersosialisai dan bekerja dalam tim serta menumbuhkan kepekaan wawasan pemikiran dan kepribadiannya dalam berhadapan dengan berbagai lingkungan kehidupannya termasuk lingkungan perkotaan.

    Pendidikan kepramukaan dengan segenap instrumenya seperti penerapan kode kehormatan, sistem beregu, sistem tanda kecakapan, pendidikan di alam, sebutan kakak-adik, sistem pendidikan berdasar golongan usia, pendidikan berbasis "individual diferences" atau pendidikan yang menghargai perbedaan individual, sistem among, beragam jenis upacara, seragam dan tanda pengenal, nyanyian dan tepuk tangan, bermain , berkemah, jelajah alam, kiasan dasar, dsb, sejatinya merupakan instrumen pengembangan soft skills yang sangat lengkap. Oleh sebab itu pula pendidikan kepramukaan kemudian disebut sebagai agen atau pelaku pendidikan karakter.

    Pengembangan Life Skills

    Pendidikan Kepramukaan yang bertujuan menghasilkan peserta didik yang berkepribadian, berkarakter dan mandiri, juga memberikan perhatian pada pendidikan kecakapan hidup atau life skillis. TKK dan Satuan Karya merupakan bukti terhadap hal itu. 

    Menurut WHO pengertian kecakapan hidup adalah berbagai keterampilan atau kemampuan untuk dapat beradaptasi dan berperilaku positif yang memungkinkan seseorang mampu menghadapi berbagai tuntutan dan tantangan dalam hidupnya sehari-hari secara efektif. Dengan demikian hakekat pendidikan kecakapan hidup adalah upaya untuk meningkatkan keterampilan, pengetahuan, sikap peserta didik agar hidup mandiri secara individu, sosial dan ekonomi. 

    Terdapat 3 pendidikan kecapakan yang sangat dibutuhkan agar seseorang dapat hidup mandiri baik secara individu, sosial dan ekonomi yaitu : kecakapan yang berhubungan dengan hidup itu sendiri, Kecakapan hidup yang berhubungan dengan kehidupan, dan kecakapan yang berhubungan dengan penghidupan. Umumnya pendidikan kecakapan hidup efektif jika dikembangkan dalam lingkungan pendidikan yang berprinsip learning to know, learning to do, learning to be dan learning to live together. Prinsip-prinsip itu semua sudah ada dalam sistem pendidikan kepramukaan, sehingga yang dibutuhkan hanya materi dan metode semata (akan dijelaskan pada tulisan berikutnya)

    Memindahruangkan Traditional Scouting Skills

    Dalam sebuah seminar saya duduk disamping seorang Ibu perkotaan. Setengah mengeluh si Ibu menyampaikan "saya tidak nyaman dengan latihan pramuka, bayangkan 1 jam anak saya hanya dilatih bermaian smaphore, di rumah anak saya juga berlatih keras karena kalau tidak hafal dimarahai pembinanya". Saya bertanya "apa salahnya dengan latihan smaphore bu?". "Ketrampilan itu tidak relevan lagi untuk masa depan anak saya, daripada 1 jam latihan semaphore, kan lebih baik digunakan untuk kursus bahasa, latihan menari, melukis, komputer desain dsb, itu akan sangat berharga bagi masa depannya", jawab si Ibu.

    Kepada Si Ibu saya jelaskan, bahwa smaphore sebagai life skills mungkin kehilangan relevansi, "tapi bu, melalui smaphore putra Ibu bisa berlatih ketelitian, kerjasama, kedisiplinan, kegembiraan, persahabatan, kejujuran, dsb, itu termasuk pengembangan soft skills bu". Si Ibu tersenyum, entah setuju, entah apa ... hehe ...

    Dari pengalaman di atas, barangkali pelatihan tradistional scouting skills perlu berpindah ruang dari instrument pengembangan life skills menjadi instrument pengembangan soft skills dengan segala implikasi metode penerapannnya.Tanpa itu, maka tidak salah jika anak-anak kota menyebut kepramukaan jadul dan tidak relevan. Salam. Bersambung ke (5B). 


    Lihat entry/tema terkait :

    Minggu, 10 Mei 2015

    Urban Scouting : Skenario Urban Widegames Sebuah Model (4B)

    Hasil gambar untuk google maps surabaya
    image : lalumuhammaddjaelani.wordpress.com


    catatan ensiklopediapramuka online

    URBAN SCOUTING :
    SKENARIO URBAN "WIDEGAMES" SEBUAH MODEL (4B)
    Oleh : Anis Ilahi Wh
    (Mantan Ketua DKD Kwarda XII DIY 1987 - 1991)




    Pengantar
    • Pemahaman terhadap tulisan ini (4B) harus dilakukan dengan membaca terlebih dahulu tulisan sebelumnya URBAN SCOUTING :"URBAN WIDEGAMES" SEBUAH MODEL (4A). Agar memperoleh gambaran yang utuh.
    Peralatan dan Perlengkapan
    • Peralatan Panitia : Ruangan "Comand Center" atau ruang kontrol kegiatan dengan 1 atau beberapa perangkat komputer yang terhubung dengan internet. Berfungsi untuk mengontrol, mengarahkan, menggerakan dan memberi informasi dan perintah kepada para peserta widegames. Peralatan Peserta : laptop, smartphone atau tabs yang dilengkapi dengan sofware tertentu (medsos, google maps, editing video, dll) sesuai tuntutan permainan.
    • Perlengkapan Panitia : 1 akun group facebook, 1 akun twiteer list (group twiter), 1 hastag twiteer yang menarik dan 1 akun youtube. Perlengkapan Peserta : 1 regu/sangga harus memiliki l 3 akun facebook yang tergabung dalam group faceebook yang disiapkan panitia, 1 regu/sangga memiliki maksimal 3 akun twiter yang tergabung dalam twiteer list panitia, dan setiap regu/sangga memiliki pasword untuk masuk dalam akun youtube yang dimiliki panitia.
    Titik Pemberangkatan
    • Di titik pemberangkatan Kakak Pembina menjelaskan bahwa target utama kegiatan adalah : melalui twiterland "menginspirasi warga kota untuk bangga dan peduli pada kotanya" dengan hastag ‪#‎guebanggajakarta‬. Semua peserta dan panitia harus berupaya keras agar ‪#‎hastag‬ tersebut itu bisa menjadi trending topik. Caranya dengan aktif mentweet hal-hal menarik selama widegame dan menginvite teman, keluarga, pejabat, publicfigure dll untuk ikut berpartisipasi (mentweet dan retweet). Keberhasilan sebuah hastag yang positip menjadi trending topik akan membangun kebanggaan peserta didik karena sudah ikut serta mempromosikan sikap peduli pada kotanya.
    Menuju Pos 1
    • Perjalanan dari 1 pos ke pos berikutnya, dilaksanaan dengan memberi perintah berdasar ordinat GPS. Misalnya dari Pos Pertama di Gudep Jaksel 04 yang berpangkalan di MAN 4 Jakarta, adik-adik dipersilakan menuju titik ordinat -6.17540016 106.82706955. Adik-adik kemudian membuka google map dan memasukan titik ordinat itu di kolom pencarian maka akan ketemu lokasinya yaitu Tugu Monas di Jakarta Pusat. Adik-adik merancang perjalanan menuju Monas apakah dengan menggunakan busway, metromini, kombinasi angkot dan kereta commuterline, dsb. Pilihan jenis transportasi dan rute ditetapkan oleh peserta didik berdasar durasi perjalanan yang ditetapkan. Kegiatan ini akan melatih daya analisis dan model pemecahan masalah dengan faktor pertimbangan lebih dari satu.
    • Sesampai di Pos 1 peserta didik melaporkan ke "command center" bahwa telah sampai tujuan dan siap menerima tugas melalaui WhatsAps. Comand Center memberi tugas maisalnya setiap regu/sangga diminta membuat liputan jurnalistik "human interest" dengan obyek disekitar monas, ditulis tidak lebih dari 200 kata dan disertai foto pendukung di posting di Group FB yang telah disediakan. Obyek liputan juga dikemas dengan kalimat pendek yang inspiratif, menarik dan motifatif dan diposting di list dan hastag twiteer yang telah disediakan.
    Menuju Pos Pos Berikutnya.

    • Perintah menuju pos berikutnya tetap diberikan melalui ordinat GPS dan Google map. Isi kegiatan di pos-pos berikutnya bisa bervariasi. Misalnya di Pos 2 adalah JPO (Jembatan Penyeberangan Orang) yang kotor dan tidak rapi. Di Pos ini peserta didik diperintahkan melakukan kerjabakti dan hasil kerjanya dilaporkan baik dengan tulisan maupun foto melalui FB dan Twiter.
    • Pos lain misalnya Taman Pahlawan, peserta didik diminta mengunjungi salah satu makam pahlawan, memfotonya dan menuliskan sejarah dan riwayat perjuangannya dengan memanfaatkan sumber-sumber di google. Bisa juga diminta menulis puisi, prosa liris bahkan jika mungkin menulis sebuah cerita pendek di posting di FB dan dibuat kalimat pendek untuk Twiteer.
    • Obyek-obyek kota lain bisa menjaid lokasi kegiatan seperti taman budaya, kota tua, panti jompo, pusat rekreasi, pusat industri kreatif, rumah tokoh bangsa, dsb. Kehadiran peserta didik dilokasi itu dilaporkan melalui media sosial dengan beragam style tulisan. Kehadiran itu bauk hanya berupa kunjungan, kerja sosial, ziarah, wisata budaya, dsb. Berbagi berita positif melalui media sosial yang direspon oleh orang lain dengan psotip pula akan membangun kebanggaan dan sikap positip peserta didik didalam memandang kota dan dunianya
    Pos Audio Visual
    • Di pilih sebuah pos yang memungkinkan anak-anak untuk membuat sebuah karya video dengan format sederhana namun inspiratif dan komunikatif. Bisa diambil dengan kamera smartphone, kamera tab, kamera laptop, bahkan juga bisa dengan handycam atau DSLR. Anak-anak diminta "mengupload" hasil karyanya itu kedalam akun youtube yang telah ditetapkan. Karya-karya video youtube (webseries) pada dasarnya bisa dikemas dengan pendekatan sinematografi sederhana yang pasti secara teknis akan dapat dikuasai anak-anak dengan memperoleh pelatihan sederhana tentang proses produksi audio visual.

    Penutup
    • Urban Widegames ini adalah perpaduan antara kemampuan menulis, mengambil gambar (foto dan audio) dan memanfaatkan media sosial secara positip. Kota dengan segenap sudutnya yang beragam bisa menjadi arena widegames yang tepat untuk mengembangkan kemampuan analitis, urban survival, kepedulian sosial, human interest, traveling, pemahaman nilai-nilai budaya dan masyarakat multikultural, dsb. Dengan itu semua maka kegiatan kepramukaan akan memperoleh relevansi, nilai guna dan nilai "jual" (kemanarikan) yang sangat luar biasa bagi anak dan remaja kota. Tentu skenario ini hanya sebuah contoh. Ditangan Kakak-kakak Pembina yang super, pasti akan lahir kegiatan "urban scouting" yang super pula. Salam. Bersambung (Anis Ilahi Wh).

    Lihat topik/entry terkait :


    Urban Scouting : Urban Widegames Sebuah Model (4A)

    Hasil gambar untuk media sosial
    image : berita8.com
     catatan ensiklopediapramuka online

    URBAN SCOUTING :
    URBAN "WIDEGAMES" SEBUAH MODEL (4A)
    Oleh : Anis Ilahi Wh
    (Mantan Ketua DKD Kwarda XII DIY  1987 - 19910


     Pengantar
    • Semestinya masih cukup banyak topik-topik tulisan teori dasar tentang "urban souting" yang penting disampaikan. Namun untuk sementara topik tersebut disimpan dulu karena banyaknya pertanyaan tentang jenis kegiatan dan model pelatihan urban scouting itu. Sebenarnya beberapa model kegiatan juga sudah dishare oleh kawan-kawan di kolom komentar disetiap tulisan ini seperti yang disampaikan Kak Abdi Matondang.
    • Untuk memenuhi permintaan di atas, kali ini akan ditulis sebuah model widegames atau permainan besar yang dilaksanakan dengan mengggunakan "kota" sebagai arena permainan, "media sosial dan kehidupan kota" sebagai materi permainan dan "out put dan out comes" pelatihan urban scouting yang berbasis ketrampilan bermedia (sosial) sebagai dasar ketrampilan untuk bisa ikut serta dalam kegiatan ini.

    Pentingya Pelatihan Ketrampilan Bermedia
    • Media dengan beragam jenisnya (media baru-internet dan media konvensional-cetak dan elektronik), juga kontennya (jurnalistik, non jurnalistik) dan dampaknya (media literasi, media advokasi, media edukasi), dll disarankan menjadi salah satu materi "urban scouting". Fungsi media yang begitu strategis dan dominan dalam kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kehidupan berbangsa dan bernegara serta kehidupan global sudah saatnya dirumuskan secara komprehensif sebagai "materi latih" kepramukaan khususnya "urban scouting" jika perlu menjadi bagian dari SKU dan SKK (mimpi bukan ya, hehe ...)
    • Ketrampilan dan pemahaman bermedia sebagai materi "urban scouting" dapat diajarkan dari mulai awal atau proses produksi seperti : menulis, memfoto, menggambar, memvideokan, tahap proses distribusi baik dengan media baru maupun media konvensional hingga proses konsumsi atau analisis perilaku dan dampak media. Ketrampilan bermedia akan menjadi salah satu bekal untuk sukses hidup di alam perkotaan yang padat informasi. Di arena yang "padat informasi" kemampuan "menyaring informasi" akan menjadikan seseorang kritis dan edukatif, sehingga tidak mudah menjadi "korban isi media". Kemampuan "menuang informasi" secara etis dan bertanggungjawab juga akan menjadikan seseorang arif dan bijak didalam bermedia (sosial ?).
    Persyaratan
    • Untuk dapat ikut serta secara aktif dan menyenangkan dalam "urban widegames" para peserta didik harus sudah memperoleh latihan tentang "media sosial" pada saat latihan rutin mingguan secara memadai baik aspek konten/isi maupun platform. Pelatihan aspek konten seperti : memahami teknik penulisan jurnalistik, penulisan feature, penulisan puisi dan cerpen, fotografi, videografi, olah foto, animasi sederhana dan gambar sketsa (panorama kalau dalam tradisional scouting).
    • Melalui latihan ruting mingguan peserta juga sudah memahami sifat dan karakter semua platfom/bentuk media sosial serta cara berpartisipasi (log in, log out, upload, download), memahami dampak isi media sosial (regulasi, psikologis, sosiologis, politis, dll), kelebihan dan keunggulan media sosial sebagai media promosi, media edukasi, media advokasi dan media aktualisasi diri baik itu dengan platform/bentuk facebook, tweeter, instagram, maupun youtube.
    • Dalam permainan ini juga ditambahkan kemampuan membaca peta digital (google maps) dan mampu membaca data-data GPS.
    Out put dan out comes permainan
    • Out put kegiatan ini di bidang soft skills adalah meningkatnya pengetahuan, sikap dan ketrampilan peserta didik di bidang : membangun rasa kerjasama dan kepemimpinan kelompok, kreativitas dan sikap bertanggungjawab dalam bermedia sosial, bangga dan ikut serta mempromosikan keuanggulan-keunggulan kotanya, empati dan kasih sayang sesama warga kota yang tidak beruntung, serta berfikir inovatif untuk memajukan kota. Sedangkan Out put di bidang live skill meningkatkan kemampuan dalam memanfaatkan dan berpartisipasi di media sosial dengan isi (tulisan, foto, video) yang sehat, inspiratif dan bertanggungjawab.
    • Out comes kegiatan ini adalah menjadi warga kota yang disiplin, bertanggungjawab, beretika, kreatif, produktif dan inovatif sehingga mampu menjadi warga kota yang mandiri dan berbudaya secara sosial dan ekonomi.
    Skenario permainan
    Lihat ke halaman berikut (4B). Salam. (Anis Ilahi Wh).


    Lihat topik/entry terkait :

     
    Catatan Ensiklopedia Pramuka merupakan kolom opini redaksi yang mengulas topik-topik kontemporer pendidikan kepramukaan seperti : renewing scouting, pramuka dan media, pramuka sebagai ekskul wajib, kepemimpinan, inovasi media dan metode latihan, pendidikan perdamaian, pendidikan moral dan etika, dll.