Selamat Datang di CATATAN REDAKTUR ENSIKLOPEDIA PRAMUKA
go to my homepage
Go to homepage

Pages

Labels

KA MABINAS GERAKAN PRAMUKA DARI MASA KE MASA

KA.Mabinas Gerakan Pramuka Dari Masa ke Masa:Diawali oleh Ir Soekarno, Soeharto,Baharudin Jusup Habibie,K.H.Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarno Putri dan Soesilo Bambang Yudhoyono...

ENSIKLOPEDI PRAMUKA.....

Sejarah Panjang Gerakan Pramuka telah melahirkan banyak peristiwa,tokoh,benda tradisi istilah kependidikan istilah organisasi dan berbagai hal lainya yang pelu di dokumentasikan......

PANJI GERAKAN PRAMUKA...

ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Sri Sultan Hamengku Buwono IX menerima Panji Gerakan Pendidikan Kepanduan Pramuka dari Presiden Soekarno pada tanggal 14 Agustus 1961 di Istana Merdeka

APEL BESAR...

Para penggalang Putra dan Putri mengikuti Apel Besar Hari Pramuka yang Diselenggarakan tanggal 18 Agustus 1986 di Istana Merdeka Jakarta.......

KA KWARNAS GERAKAN PRAMUKA DARI MASA KE MASA.

Ka Kwarnas Gerakan Pramuka dari masa ke masa : Sri Sultan Hamangkubuwono IX 1961-1974, H.M. Sarbini 1974-1978(meninggal Th 1977), Mashudi 1974-1993, Himawan Sutanto 1993-1998, H.A. Rivai Harahap 1998-2003,Azrul Azwar 2003-2013,Adhyaksa Dault 2013-2018.

Selasa, 07 Juli 2015

Urban Scouting : Nilai Lebih Berlatif Fotografi dengan Metode Kepramukaan (7B)

image : pixoto.com
 catatan ensiklopediapramuka online

Urban Scouting :
NILAI LEBIH BERLATIH FOTOGRAFI
DENGAN METODE KEPRAMUKAAN : SEBUAH MODEL (7B)

Oleh :
Anis Ilahi Wh (Ketua DKD Kwarda DIY 1987 - 1991)


Pengantar
  • Fotografi merupakan ilmu pengetahuan yang berbasis teknologi yang bisa dipelajari melalui beragam cara di beragam lembaga pendidikan, termasuk mempelajarinya melalui kepramukaan. Menerapkan Fotografi sebagai materi latihan kepramukaan harus mempertimbangkan 5 aspek yaitu : Prinsip Dasar Pendidikan Kepramukaan; Metode Kepramukaan; Kode Kehormatan Pramuka; Motto Gerakan Pramuka; dan Kiasan Dasar Pendidikan Kepramukaan. 
  • Dengan 5 aspek itu maka latihan forografi tidak semata-mata menjadi urusan latihan ketrampilan, tetapi juga bisa didesain sebagai latihan pengembangan soft skill (pendidikan karakter) dan life skill (ketrampilan untuk menghadapi hidup dan kehidupan) para pramuka. 
  • Untuk dapat mengelaborasi dan mengimplementasikan nilai lebih metode kepramukaan dalam latihan Fotografi dibutuhkan "kreativitas" para Pembina Pramuka dalam menyusun rencana latihan, melaksanakan latihan, mengevaluasi latihan dan menyusun program atau rencana tindak lanjut (out put dan out come pendidikan). Uraian di bawah ini ingin menjelaskan sebuah model tentang nilai lebih latihan fotografi dengan metode kepramukaan. Selebihnya Kakak-kakak Pembina diharapkan dapat mengembangkannya untuk beragam materi latihan lainnya.
Narasumber
  • Mengingat fotografi merupakan ketrampilaN khusus dan berdimensi luas, maka Para Pembina Pramuka yang tidak memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang cukup sebaiknya menjalin kerjasama dengan para profesional sebagai narasumber atau instruktur latihan. Mereka itu bisa diminTai bantuan baik secara individu, atas nama komunitas, organisasi profesi tertentu (jurnalis foto, fotografer profesional, dll), kerjasma dengan lembaga kampus fotografi atau lembaga pendidikan lain (kursus, smk, dll), atau menjalin kerjasma dengan lembaga pemerintah (BLK, Humas Pemda, dll). Kerjasama ini bisa bersifat volunter atau kerjasma profesional dengan memberikan imbalan yang layak.
Perencanaan
  • Para pembina bekerjasama dengan narasumber menyusun perencanaan latihan baik dari aspek tujuan, materi dan program latihan, waktu pertemuan, metode latihan, sarana dan prasarana, hingga out put dan out comes yang diharapkan dari paa peserta didik.
  • Pada aspsek penyusunan tujuan latihan, agar mencerminkan penerapan metode kepramukaan maka tujuan harus disusun secara komprehensif yang meliputi tujuan peningkatan pengetahuan, perubahan sikap dan tujuan penguasaan ketrampilan baru. Para peserta didik tidak hanya diharapkan memiliki pengetahuan, dan ketrampilan fotografi, tetapi juga berkembang sikap atau karakternya misalnya mampu menggunakan foto yang dihasilkannya sebagai media apresiasi, advokasi, edukasi dan informasi baik tentang cinta tanah air, lingkungan, kesetiakawanan, kejujuran dsb. 
  • Setelah tujuan ditetapkan, kakak pembina beserta narasumber ahli menyusun materi dan program latihan. Terdapat 3 kelompok besar dalam pelatihan fotografi yaitu : pertama kelompok materi untuk penguasaan teknis atau kemampuan mengoperasikan teknologi kamera dari beragam jenis misalnya kamera DLSR, kamera pocket, kamera HP, dsb. Kedua, kelompok materi artistik visual misalnya angle, komposisi, size, visual efek (rekayasa shuter speed & diafragma), sofware olah foto (photoshop, dll) dsb. Ketiga kelompok materi komunikasi visual yaitu materi penggunaan foto untuk kepentingan jurnalistik, traveling, dokumentasi kegiatan, olahraga dan juga misalnya dari aspek fungsi fotografi untuk informasi, edukasi, advokasi, dll. 
  • Tahap selanjutnya adalah penetapan waktu pertemuan misalnya pertemuan tatap muka 30 menit/minggu selama 6 kali latihan, tugas beregu diberikan melalui media on line (on line tutorial) 30 menit/minggu, tugas konsultatif dan problem solving bisa diberikan setiap saat melalui group wa, bbm, fb, twiter, dll. Waktu latihan tatap muka yang 30 menit/minggu harus menjadi bagian dari latihan rutin pramuka jadi tetap harus ada upacara buku - tutup, permainan pendidikan, nasehat kakak pembina, olah raga ringan, nyanyi, tepuk tangan, dsb.
Rancangan Evaluasi : Out put & Out Comes
  • Kakak Pembina juga harus menetapkan out put dari program latihan fotografi misalnya, peserta didik bisa mengambil foto sesuai dengan standar SKK (jika sudah ada SKK yang sesuai dengan perkembangan terkini, misalnya SKK Digital Photografi ?) sehingga berhak memperoleh TKK Fotografi. Jika SKK dianggap belum memadai dengan trend terkini, Kakak Pembina bisa menetapkan out put lain misalnya peserta didik mampu mengoperasikan kamera foto dari beragam platform (DSLR, poket, HP) untuk menghasilkan foto yang sesuai standar teknis, standar artistik dan komunikatif.
  • Kakak Pembina juga harus menetapkan out comes latihan berdasar out put yang ditetapkan, misalnya peserta didik mampu memanfaatkan foto yang dihasilkan sebagai media komunikais visual nilai-nilai Kode Kehormatan Pramuka baik dalam format foto advokasi, informasi maupun edukasi. Sehingga dengan itu, foto karya peserta didik layak dipamerkan dalam sebuah pameran foto yang bergengsi dan juga menarik perhatian khalayak untuk memiliki foto tersebut baik dalam sebuah kegiatan lelang, kegiatan amal maupun pameran.
Pelaksanaan : Penerapan Metode Proyek
  • Ciri lain penerapan latihan fotografi dengan metode kepramukaan adalah penerapan sistem beregu, penerapan metode proyek dan penanaman nilai-nilai kode kehormatan pramuka. Selama pelatihan berlangsung hendaknya diterapkan sistem kerja kelompok dalam menyelesaikan tugas-tugas pelatihan. Evaluasi juga dilakukan disamping menilai perkembangan kemampuan pribadi juga perkembangan kerja kelompok. 
  • Dalam hal implementasi metode proyek, Kakak Pembina mulai dari awal pelatihan harus sudah menetapkan program akhir dari latihan fotografi ini yang berupa sebuah "proyek", misalnya terselenggaranya "Pameran dan Foto Pramuka" dengan tema "Kode Keormatan Pramuka : Indahnya Perdamaian". Tiap kelompok ditugaskan menyusun proyek untuk menghasilkan foto-foto sesuai materi dan tema yang ditetapkan dengan menonjolkan aspek visual implementasi nilai-nilai kode kehormatan pramuka di alam nyata. 
  • Kakak Pembina dan Narasumber harus intensif mendampingi tiap kelompok peserta didik agar menghasilkan foto sesuai harapan. Meski perencanaan dilakukan oleh peserta didik sendiri, Kakak pembina dapat mengarahkan agar tiap kelompok menyusun tema yang berbeda misalnya ada yang memamerkan fotografi untuk advokasi lingkungan dengan tema "Ketika Hutan dan Sungaiku Menangis", atau kelompok lain yang mengusung tema foto informasi human interes "Sehari di Panti Jompo, Ketika Cinta Orang Tua Tak Berbalas", bisa juga kelompok lain lagi yang membuat fotografi bertema edukasi "Terampil itu tidak harus punya 2 tangan" rangkaian foto yang menunjukan para difable bekerja dengan gigih, dst, dst, masih terdapat ratusan tema lain yang bisa dielaborasi.
Pameran dan Lelang Foto
  • Dengan dibantu oleh kakak pembina dan narasumber, para peserta didik dilatih merancang sebuah kegiatan pameran dan lelang foto dengan standar pengorganisasi yang profesional (penataan ruang, promosi, iklan, penataan koleksi, dll). Kegiatan inipun sekaligus sebagai sarana berlatih mengorganisasikan sebuah kegiatan pameran dan lelang foto yang membutuhkan ketrampilan khas (jangan terus-terusan berlatih organisasi perkemahan, tidak jelek tapi bisa bosan, mati gaya, hehe ...). Pameran foto bisa diselenggarakan di gudep dengan menghadirkan orang tua dan penonton umum. Bisa juga diselenggarakan di sarana-sana publik misalnya balai kota, gedung pramuka, sanggar seni budaya, dll. Kegiatan lelang juga bisa diselenggarakan bersamaan dengan pameran atau menyelenggarakan dengan waktu khusus, hasil lelang bisa dijadikan sebagai kas Gudep, untuk amal, bantuan sosial, dsb.
Penutup : Tematik komprehensif
  • Dari uraian model pelatihan fotografi di atas tampak bahwa metode kepramukaan sangat terbuka untuk mengemas sebuah meteri latihan tematik secara komprehensif (end to end) baik dari aspek tujuan, materi dan program latihan hingga dampak perubahan positip peserta didik dari mulai dampak meningkatan pengetahuan dan skill hingga dampak peningkatan perkembangan sikap positip peserta didik. Jadi sebenarnya sebelum ada Kurikulum 2013 yang bersifat tematik, metode kepramukaan telah memilikinya jauh hari sebelumnya. Kenapa metode ini tidak berkembang, banyak faktor penyebab, dan tulisan ini tidak kompeten untuk menjawab, karena jawaban terhadap hal itu merupakan ranah para dewa (pengambil kebijakan pembinaan dan pengembangan pendidikan kepramukaan), hehe .... Tks. Salam. (Bersambung - Anis Ilahi Wh).

Kamis, 02 Juli 2015

Urban Scouting : Tindakan-tindakan yang disebut Tindakan Pendidikan Kepramukaan


image : sristrundia.com

catatan ensiklopedia on line

Urban Scouting :
TINDAKAN-TINDAKAN YANG DISEBUT 
TINDAKAN PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN (7A)

Oleh :
Anis Ilahi Wh (Ketua DKD Kwarda DIY 1987 - 1991)


 Pengantar
  • Bagian 7 ini adalah tulisan akhir yang akan memaparkan beberapa contoh jenis kegiatan urban scouting baik sebagai sebuah model maupun simulasi. Namun demikian agar pembahasannya memiliki pijakan yang kuat dan jelas, tulisan ini ingin diawali dengan membahas Tindakan-tindakan Manusia yang Disebut sebagai Tindakan Pendidikan Kepramukaan. Jika demikian apakah ada sebuah tindakan yang disebut bukan sebagai sebuah tindakan pendidikan, apakah juga ada sebuah tindakan yang meski dilaksanakan dalam lingkungan pendidikan kepramukaan (berseragam, misalnya) namun tidak selaras dengan tindakan pendidikan kepramukaan, jawabnya sangat mungkin, ada !.
Tindakan Pendidikan Kepramukaan
  • Secara ringkas sebuah tindakah manusia disebut dengan tindakan pendidikan kepramukaan jika memiliki ciri-ciri sbb : dilakukan oleh orang dewasa (yang memenuhi syarat) kepada anak dan remaja (peserta didik), memiliki perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang komprehensif serta tindakan itu disusunn untuk mencapai tujuan yaitu perubahan perilaku dan peningkatan ketrampilan peserta didik.
  • Secara konseptual sebuah tindakan disebut sebagai tindakan pendidikan kepramukaan jika mengacu pada 5 elemen dasar yaitu Prinsip Dasar Pendidikan Kepramukaan; Metode Kepramukaan; Kode Kehormatan Pramuka; Motto Gerakan Pramuka; dan Kiasan Dasar Pendidikan Kepramukaan.
  • Dengan demikian secara ringkas dapat pula dinyatakan bahwa proses atau katakanlah sebuah kegiatan yang tidak memenuhi syarat-syarat semacam di atas tidak bisa disebut sebagai tindakan pendidikan kepramukaan meski dilakukan di lingkungan organisasi pendidikan kepramukaan sekalipun. Tindakan yang seperti itu bisa dikategorikan hanya sebagai program, kegiatan, proyek atau tindakan menejemen organisasi (aksi korporasi/ institusi).
Kedudukan Manusia dalam Tindakan Pendidikan Kepramukaan
  • Secara ringkas terdapat dua kategori kedudukan manusia dalam tindakan pendidikan kepramukaan yaitu orang dewasa sebagai pendidik serta anak dan remaja sebagai peserta didik. Orang Dewasa yang telah memiliki kualifikasi dan kompetensi yang diraih melalui keikutsertaannya dalam kursus-kursus pembina pramuka diberagam jenjang disebut dengan Pembina Pramuka, mereka inilah penanggungjawab utama dalam proses pendidikan kepramukaan. Namun demikian orang dewasa yang memiliki rekam jejak kehidupan inspiratif, kemampuan dan skill yang bermanfaat, memiliki wisdom dan kebijakan hidup tetap dapat menjadi nara sumber pendidikan kepramukaan tentu tetap bekerjasama dengan pembina pramuka.
  • Dalam proses pendidikan kepramukaan peserta didik disebut sebagai input yang memiliki kedudukan sentral. Mereka ini dikelompokan dalam sebutan siaga, penggalang, penegak dan pandega dan tidak diperlakukan sebagai sebuah "kertas yang kosong" yang pasif dan siap dilukis apa saja, namun mereka adalah pribadi yang memiliki aspirasi, motivasi, cita-cita baik karena pengaruh lingkungan, media komunikasi dan informasi maupun pendidikan oleh lembaga lain. Oleh sebab itu BP selalu menekannya pentingnya menyusun program pendidikan kepramukaan dengan lebih dulu melakukan "ask the boy". Pandangan serupa juga sejalan dengan terminologi ajaran Islam yaitu pandangan Umar Bin Khatab salah satu sahabat Rosul Muhammad yang menyatakan "Didiklah anak-anakmu, karena mereka akan hidup pada zaman yang berbeda dengan zamanmu”.
Proses Tindakan Pendidikan Kepramukaan
  • Proses tindakan manusia disebut tindakan pendidikan kepramukaan jika memiliki ciri-ciri sbb :
  • Memiliki Tujuan : Sebuah tindakan disebut dengan tindakan pendidikan kepramukaan jika dilaksanakan untuk mencapai tujuan pendidikan kepramukaan yang telah ditetapkan, Tujuan pendidikan kepramukaan secara khusus juga mengarah pada ranah perubahan perilaku dan sikap peserta didik serta peningkatan kompetensi dan ketrampilan peserta didik. Perubahan perilaku dan sikap dimaksud adalah agar para peserta didik memahami, menghayati dan mampu menerapkan nilai-nilai yang terkandung dalam Kode Kehormatan Pramuka serta memiliki kompetensi di bidang ketrampilan tertentu sesuai minat dan bakatnya. Sehingga dengan demikian para peserta didik memiliki perilakup hidup yang positip serta memiliki kompetensi dan ketrampilan untuk mendukung kehidupannya baik sebagai pribadi, mahluk Tuhan, mahluk sosial maupun sebagai warga negara.
  • Memiliki perencanaan untuk mencapai tujuan : pencapaian tujuan pendidikan kepramukaan harus dilakukan secara bertahap, oleh sebab itu tindakan pendidikan kepramukaan harus terencana, teratur dan terarah baik dari segi waktu, materi, metode, media, sarana dan prasarana, lokasi, nara sumber maupun alat-alat kebutuhan pendidikan lainnya.
  • Terlaksana sesuai rencana : pelaksanaan tindakan pendidikan kpramukaan harus mengacu pada rencana yang telah disusun secara komprehensif. Pelaksanaan pendidikan kepramukaan tidak boleh dilaksanakan dengan cara improvisasi dan sekenanya karena akan menghambat proses pencapaian tujuan. Disamping itu terdapat 3 syarat tindakan disebut sebagai tindakan pelaksanaan pendidikan kepramukaan yaitu (a) modern: selalu mengikuti perkembangan; (b) asas manfaat: kegiatan yang memperhatikan manfaatnya bagi peserta didik; (c) asas taat pada kode kehormatan: sehingga dapat mengembangkan watak/karakternya.
  • Memiliki instrumen evaluasi : setiap tahap atau materi harus memiliki instrumen evaluasi. Hasil evaluasi berguna bagi Pembina untuk menyempurnakan pelaksanaan latihan berikutnya, juga berguna bagi peserta didik. Peserta didik yang berhasil meraih prestasi diberi penghargaan berupa TKU, TKK atau jenis penghargaan lain (piagam, badge, kaos, souvenir, dll).Yang belum berhasil dimotivasi dan diberikan pendampingan hingga sukses meraih standar prestasi sesuai kemampuan optimalnya, bukan sesuai standar yang ditetapkan Pembina.
Nilai Lebih Berlatih Photografi
dengan Metode Pendidikan Kepramukaan

  • Uraian di atas sebenarnya terkait dengan sebuah pertanyaan dari seorang Kakak Pembina Pramuka ke inbox saya, sbb : "Belajar Photografi kan bisa di lembaga kursus atau lembaga pendidikan lainnya, kalau belajar morse dan semaphore kan tidak ada lembaga kursus atau lembaga pendidikan lainnya, itu khas pramuka, bagaimana menurut Kakak ?" hehe ... luar biasa, ngetes atau serius nih pertanyaannya, Kak. Yang mengajukan pertanyaan dan kebetulan baca tulisan ini jangan senyum-senyum lo ya, Kakak telah membuat saya berkeringat dingin .. awas, hehe .. Ini pertanyaan yang menantang, mesti dijawab secara bijak, argumentatif dan memiliki pijakan kokoh atas dasar metode kepramukaan dan prinsip dasar pendidikan kepramukaan. Jawabannya kita sambung pada tulisan berikutnya saja ya, hehe ... Salam. Anis Ilahi.

 
Catatan Ensiklopedia Pramuka merupakan kolom opini redaksi yang mengulas topik-topik kontemporer pendidikan kepramukaan seperti : renewing scouting, pramuka dan media, pramuka sebagai ekskul wajib, kepemimpinan, inovasi media dan metode latihan, pendidikan perdamaian, pendidikan moral dan etika, dll.