Selamat Datang di CATATAN REDAKTUR ENSIKLOPEDIA PRAMUKA
go to my homepage
Go to homepage

Pages

Labels

Selasa, 07 Juli 2015

Urban Scouting : Nilai Lebih Berlatif Fotografi dengan Metode Kepramukaan (7B)

image : pixoto.com
 catatan ensiklopediapramuka online

Urban Scouting :
NILAI LEBIH BERLATIH FOTOGRAFI
DENGAN METODE KEPRAMUKAAN : SEBUAH MODEL (7B)

Oleh :
Anis Ilahi Wh (Ketua DKD Kwarda DIY 1987 - 1991)


Pengantar
  • Fotografi merupakan ilmu pengetahuan yang berbasis teknologi yang bisa dipelajari melalui beragam cara di beragam lembaga pendidikan, termasuk mempelajarinya melalui kepramukaan. Menerapkan Fotografi sebagai materi latihan kepramukaan harus mempertimbangkan 5 aspek yaitu : Prinsip Dasar Pendidikan Kepramukaan; Metode Kepramukaan; Kode Kehormatan Pramuka; Motto Gerakan Pramuka; dan Kiasan Dasar Pendidikan Kepramukaan. 
  • Dengan 5 aspek itu maka latihan forografi tidak semata-mata menjadi urusan latihan ketrampilan, tetapi juga bisa didesain sebagai latihan pengembangan soft skill (pendidikan karakter) dan life skill (ketrampilan untuk menghadapi hidup dan kehidupan) para pramuka. 
  • Untuk dapat mengelaborasi dan mengimplementasikan nilai lebih metode kepramukaan dalam latihan Fotografi dibutuhkan "kreativitas" para Pembina Pramuka dalam menyusun rencana latihan, melaksanakan latihan, mengevaluasi latihan dan menyusun program atau rencana tindak lanjut (out put dan out come pendidikan). Uraian di bawah ini ingin menjelaskan sebuah model tentang nilai lebih latihan fotografi dengan metode kepramukaan. Selebihnya Kakak-kakak Pembina diharapkan dapat mengembangkannya untuk beragam materi latihan lainnya.
Narasumber
  • Mengingat fotografi merupakan ketrampilaN khusus dan berdimensi luas, maka Para Pembina Pramuka yang tidak memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang cukup sebaiknya menjalin kerjasama dengan para profesional sebagai narasumber atau instruktur latihan. Mereka itu bisa diminTai bantuan baik secara individu, atas nama komunitas, organisasi profesi tertentu (jurnalis foto, fotografer profesional, dll), kerjasma dengan lembaga kampus fotografi atau lembaga pendidikan lain (kursus, smk, dll), atau menjalin kerjasma dengan lembaga pemerintah (BLK, Humas Pemda, dll). Kerjasama ini bisa bersifat volunter atau kerjasma profesional dengan memberikan imbalan yang layak.
Perencanaan
  • Para pembina bekerjasama dengan narasumber menyusun perencanaan latihan baik dari aspek tujuan, materi dan program latihan, waktu pertemuan, metode latihan, sarana dan prasarana, hingga out put dan out comes yang diharapkan dari paa peserta didik.
  • Pada aspsek penyusunan tujuan latihan, agar mencerminkan penerapan metode kepramukaan maka tujuan harus disusun secara komprehensif yang meliputi tujuan peningkatan pengetahuan, perubahan sikap dan tujuan penguasaan ketrampilan baru. Para peserta didik tidak hanya diharapkan memiliki pengetahuan, dan ketrampilan fotografi, tetapi juga berkembang sikap atau karakternya misalnya mampu menggunakan foto yang dihasilkannya sebagai media apresiasi, advokasi, edukasi dan informasi baik tentang cinta tanah air, lingkungan, kesetiakawanan, kejujuran dsb. 
  • Setelah tujuan ditetapkan, kakak pembina beserta narasumber ahli menyusun materi dan program latihan. Terdapat 3 kelompok besar dalam pelatihan fotografi yaitu : pertama kelompok materi untuk penguasaan teknis atau kemampuan mengoperasikan teknologi kamera dari beragam jenis misalnya kamera DLSR, kamera pocket, kamera HP, dsb. Kedua, kelompok materi artistik visual misalnya angle, komposisi, size, visual efek (rekayasa shuter speed & diafragma), sofware olah foto (photoshop, dll) dsb. Ketiga kelompok materi komunikasi visual yaitu materi penggunaan foto untuk kepentingan jurnalistik, traveling, dokumentasi kegiatan, olahraga dan juga misalnya dari aspek fungsi fotografi untuk informasi, edukasi, advokasi, dll. 
  • Tahap selanjutnya adalah penetapan waktu pertemuan misalnya pertemuan tatap muka 30 menit/minggu selama 6 kali latihan, tugas beregu diberikan melalui media on line (on line tutorial) 30 menit/minggu, tugas konsultatif dan problem solving bisa diberikan setiap saat melalui group wa, bbm, fb, twiter, dll. Waktu latihan tatap muka yang 30 menit/minggu harus menjadi bagian dari latihan rutin pramuka jadi tetap harus ada upacara buku - tutup, permainan pendidikan, nasehat kakak pembina, olah raga ringan, nyanyi, tepuk tangan, dsb.
Rancangan Evaluasi : Out put & Out Comes
  • Kakak Pembina juga harus menetapkan out put dari program latihan fotografi misalnya, peserta didik bisa mengambil foto sesuai dengan standar SKK (jika sudah ada SKK yang sesuai dengan perkembangan terkini, misalnya SKK Digital Photografi ?) sehingga berhak memperoleh TKK Fotografi. Jika SKK dianggap belum memadai dengan trend terkini, Kakak Pembina bisa menetapkan out put lain misalnya peserta didik mampu mengoperasikan kamera foto dari beragam platform (DSLR, poket, HP) untuk menghasilkan foto yang sesuai standar teknis, standar artistik dan komunikatif.
  • Kakak Pembina juga harus menetapkan out comes latihan berdasar out put yang ditetapkan, misalnya peserta didik mampu memanfaatkan foto yang dihasilkan sebagai media komunikais visual nilai-nilai Kode Kehormatan Pramuka baik dalam format foto advokasi, informasi maupun edukasi. Sehingga dengan itu, foto karya peserta didik layak dipamerkan dalam sebuah pameran foto yang bergengsi dan juga menarik perhatian khalayak untuk memiliki foto tersebut baik dalam sebuah kegiatan lelang, kegiatan amal maupun pameran.
Pelaksanaan : Penerapan Metode Proyek
  • Ciri lain penerapan latihan fotografi dengan metode kepramukaan adalah penerapan sistem beregu, penerapan metode proyek dan penanaman nilai-nilai kode kehormatan pramuka. Selama pelatihan berlangsung hendaknya diterapkan sistem kerja kelompok dalam menyelesaikan tugas-tugas pelatihan. Evaluasi juga dilakukan disamping menilai perkembangan kemampuan pribadi juga perkembangan kerja kelompok. 
  • Dalam hal implementasi metode proyek, Kakak Pembina mulai dari awal pelatihan harus sudah menetapkan program akhir dari latihan fotografi ini yang berupa sebuah "proyek", misalnya terselenggaranya "Pameran dan Foto Pramuka" dengan tema "Kode Keormatan Pramuka : Indahnya Perdamaian". Tiap kelompok ditugaskan menyusun proyek untuk menghasilkan foto-foto sesuai materi dan tema yang ditetapkan dengan menonjolkan aspek visual implementasi nilai-nilai kode kehormatan pramuka di alam nyata. 
  • Kakak Pembina dan Narasumber harus intensif mendampingi tiap kelompok peserta didik agar menghasilkan foto sesuai harapan. Meski perencanaan dilakukan oleh peserta didik sendiri, Kakak pembina dapat mengarahkan agar tiap kelompok menyusun tema yang berbeda misalnya ada yang memamerkan fotografi untuk advokasi lingkungan dengan tema "Ketika Hutan dan Sungaiku Menangis", atau kelompok lain yang mengusung tema foto informasi human interes "Sehari di Panti Jompo, Ketika Cinta Orang Tua Tak Berbalas", bisa juga kelompok lain lagi yang membuat fotografi bertema edukasi "Terampil itu tidak harus punya 2 tangan" rangkaian foto yang menunjukan para difable bekerja dengan gigih, dst, dst, masih terdapat ratusan tema lain yang bisa dielaborasi.
Pameran dan Lelang Foto
  • Dengan dibantu oleh kakak pembina dan narasumber, para peserta didik dilatih merancang sebuah kegiatan pameran dan lelang foto dengan standar pengorganisasi yang profesional (penataan ruang, promosi, iklan, penataan koleksi, dll). Kegiatan inipun sekaligus sebagai sarana berlatih mengorganisasikan sebuah kegiatan pameran dan lelang foto yang membutuhkan ketrampilan khas (jangan terus-terusan berlatih organisasi perkemahan, tidak jelek tapi bisa bosan, mati gaya, hehe ...). Pameran foto bisa diselenggarakan di gudep dengan menghadirkan orang tua dan penonton umum. Bisa juga diselenggarakan di sarana-sana publik misalnya balai kota, gedung pramuka, sanggar seni budaya, dll. Kegiatan lelang juga bisa diselenggarakan bersamaan dengan pameran atau menyelenggarakan dengan waktu khusus, hasil lelang bisa dijadikan sebagai kas Gudep, untuk amal, bantuan sosial, dsb.
Penutup : Tematik komprehensif
  • Dari uraian model pelatihan fotografi di atas tampak bahwa metode kepramukaan sangat terbuka untuk mengemas sebuah meteri latihan tematik secara komprehensif (end to end) baik dari aspek tujuan, materi dan program latihan hingga dampak perubahan positip peserta didik dari mulai dampak meningkatan pengetahuan dan skill hingga dampak peningkatan perkembangan sikap positip peserta didik. Jadi sebenarnya sebelum ada Kurikulum 2013 yang bersifat tematik, metode kepramukaan telah memilikinya jauh hari sebelumnya. Kenapa metode ini tidak berkembang, banyak faktor penyebab, dan tulisan ini tidak kompeten untuk menjawab, karena jawaban terhadap hal itu merupakan ranah para dewa (pengambil kebijakan pembinaan dan pengembangan pendidikan kepramukaan), hehe .... Tks. Salam. (Bersambung - Anis Ilahi Wh).

1 komentar:

 
Catatan Ensiklopedia Pramuka merupakan kolom opini redaksi yang mengulas topik-topik kontemporer pendidikan kepramukaan seperti : renewing scouting, pramuka dan media, pramuka sebagai ekskul wajib, kepemimpinan, inovasi media dan metode latihan, pendidikan perdamaian, pendidikan moral dan etika, dll.