Selamat Datang di CATATAN REDAKTUR ENSIKLOPEDIA PRAMUKA
go to my homepage
Go to homepage

Pages

Labels

KA MABINAS GERAKAN PRAMUKA DARI MASA KE MASA

KA.Mabinas Gerakan Pramuka Dari Masa ke Masa:Diawali oleh Ir Soekarno, Soeharto,Baharudin Jusup Habibie,K.H.Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarno Putri dan Soesilo Bambang Yudhoyono...

ENSIKLOPEDI PRAMUKA.....

Sejarah Panjang Gerakan Pramuka telah melahirkan banyak peristiwa,tokoh,benda tradisi istilah kependidikan istilah organisasi dan berbagai hal lainya yang pelu di dokumentasikan......

PANJI GERAKAN PRAMUKA...

ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Sri Sultan Hamengku Buwono IX menerima Panji Gerakan Pendidikan Kepanduan Pramuka dari Presiden Soekarno pada tanggal 14 Agustus 1961 di Istana Merdeka

APEL BESAR...

Para penggalang Putra dan Putri mengikuti Apel Besar Hari Pramuka yang Diselenggarakan tanggal 18 Agustus 1986 di Istana Merdeka Jakarta.......

KA KWARNAS GERAKAN PRAMUKA DARI MASA KE MASA.

Ka Kwarnas Gerakan Pramuka dari masa ke masa : Sri Sultan Hamangkubuwono IX 1961-1974, H.M. Sarbini 1974-1978(meninggal Th 1977), Mashudi 1974-1993, Himawan Sutanto 1993-1998, H.A. Rivai Harahap 1998-2003,Azrul Azwar 2003-2013,Adhyaksa Dault 2013-2018.

Selasa, 30 Juni 2015

Urban Scouting : Menejemen Urban Scouting Skills (6C)



 catatan ensiklopedia on line

Urban Scouting :
MENEJEMEN URBAN SCOUTING SKILLS (6C)

oleh : 
Anis Ilahi Wh 
(ketua dkd kwarda diy 1987-1991)



Pengantar
  • Merujuk pada buku "AIDS TO SCOUTMASTERSHIP" A Guidebook For Scoutmasters On The Theory of Scout 1920 By BP Founder of the Boy Scout Movement, disebutkan terdapat 4 empat cabang penting materi latihan kepramukaan untuk mencapai tujuan pelatihan menjadi warga negara yag aktif, kreatif dan produktif. Keempat cabang itu yaitu : pendidikan karakter, pendidikan kesehatan dan kesemaptaan jasmani, pendidikan kerajinan dan ketrampilan serta pendidikan pengabdian atau "pelayanan kepada orang lain".
  • Keempat cabang atau materi pendidikan tersebut harus terus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, tantangan dan apsirasi peserta didik. Urban Scouting Skills merupakan bentuk "interpretasi" salah satu dari ke empat cabang pendidikan kepramukaan yang digariskan Badenn Powel khususnya pada bidang ketrampilan dan kerajinan. Interpretasi itu didasarkan pada perkembangan tantangan zaman, perubahan lingkungan, dan tumbuhnya aspirasi baru para peserta didik berupa tumbuhnya jenis-jenis ketrampilan baru yang ada disekitar kehidupan peserta didik yang akan bermanfaat bagi kehidupannya di masa kini, esok dan kelak kemudian hari.
Ruang Lingkup Materi
  • Pendidikan Kepramukaan bermuara kepada terbentuknya pribadi yang sukses baik dalam kehidupan diri sendiri maupun eksistensinya sebagai warga negara yang baik dan bertanggungjawab. Berdasarkan hasil penelitian Harvard University Amerika Serikat, ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh penguasaan pengetahuan dan kemampuan ketrampilan teknis (hard skill) saja, tetapi juga oleh kemampuan penguasaan mengelola diri sendiri dan orang lain, karakter (soft skill). Bahkan penelitian ini mengungkapkan kesuksesan hidup justru ditentukan sekitar 20% oleh penguasaan hard skill dan 80% penguasaan soft skill. 
  • Urban scouting skills yang secara ringkas dapat diterjemahkan sebagai materi bidang ketrampilan dan kerajinan berbasis "budaya atau alam kota" dengan sendirinya hanya merupakan faktor pelengkap atau pilihan materi pendidikan kepramukaan bagi para peserta didik. Sebagaimana sifat pendidikan kepramukaan yang menekankan pendidikan karakter maka yang utama adalah pendidikan pengembangan soft skills dengan 21 paramter karakter yang telah disebutkan pada tulisan sebelumnya.
Peran Pembina
  • Luas dan beragamnya materi "urban scouting skills" dari mulai pendidikan ketrampilan dalam bentuk urban survival, urban community development services, ekonomi kreatif, urban hobies, urban profesi, job creation berbasis SAKA dan TKK, teknologi tepat guna, karya nnovasi teknologi sederhana, digital literacy, hingga kewirasusahaan dan enterpreneurship tentu tidak mungkin dikuasasi sepenuhnya oleh para Pembina Pramuka.
  • Dalam kaitan dengan penerapan pelatihan urban scouting skills maka para Pembina Pramuka, pertama menentukan fokus dan pilihan jenis ketrampilan apa yang akan dikembangkan di satuan atau gudepnya. Tentu penentuan fokus atau pilihan ini juga atas dasar kesepakatan atau kebutuhan peserta didik dan kemampuan satuan, serta ketersediaan waktu. Tidak harus semua jenis ketramapilan menjadi materi latihan.
  • Kedua, para Pembina diharapkan mampu menjalin kerjasama dan menjadikan potensi yang ada disekitar gudep baik masyarakat (orang tua, atau saudara peserta didik yang ahli) maupun aparat dan fasilitas pemerintah untuk dijadikan sebagai nara sumber latihan (Instruktur tamu). Para Pembina Pramuka bertanggungjawab untuk mengemas kegiatan latihan yang diberikan oleh para Instruktur Tamu tersebut agar tetap sesuai dengan Prinsip Dasar dan Metode Kepramukaan.
Peran Kwartir
  • Peran Kwartir tentu sangat dominan dari mulai aspek kebijakan hingga aspek operasional dalam menopang penyelenggaraan pendidikan ketrampilan kepramukaan berbasis alam dan budaya kota. Pada aspek kebijakan, Kwartir seyogyanya mulai mempertimbangkan materi "urban scouting skills" sebagai bagian dari SKU dan SKK, adanya kebijakan yang menetapkan SKU dan SKK yang berlaku secara nasional namun ada ada yang disusun dan hanya berlaku untuk daerah tertentu (desentralisasi). Sehingga dengan demikian kekhasan ketrampilan kepramukaan untuk masing-masing kota/wilayah dapat dikembangkan dengan lebih baik. 
  • Kwartir seyogyanya juga mengeluarkan bahan latih baik yang bersifat cetak (buku modul), multi media (digital book) maupun media pelatihan on line (berbasis web,aplikasi, medsos, dll) untuk panduan para pembina pramuka di lapangan dalam menerapkan pelatihan kepramukaan berbasis "Urban Scouting Skills" yang cukup kompleks dan beragam. 
  • Pada tataran operasional Kwartir hendaknya menjalin kerjasama dengan instansi pemerintah agar para peserta didik pramuka bisa memanfaatkan fasilitas dan staf pemerintah sebagai media dan nara sumber latihan ketrampilan "urban scouting skills". Fasilitas tersebut misalnya Balai Latihan Kerja, Pusat Pengembangan Iptek, Sanggar Seni Budaya, Pusat Pengembangan Ekonomi Kreatif, Pusat Kuliner, Pusat Bahasa, Pusat Pengembangan Ekonomi Kreatif, Daerah Tujuan Wisata, Museum, dan lembaga-lembaga lain. 
  • Kwartir hendaknya dapat pula mengembangkan kerjasama dengan instansi swasta, komunitas hobies, perkumpulan profesi, tempat wisata, perusahaan swasta, dsb agar bersedia menjadi salah satu media dan nara sumber latihan pramuka. Mengacu pada kesuksesan program "Indonesia Mengajar" yang digagas Mendikbud Anis Baswedan, tentu sangat terbuka peluang untuk menghadirkan para "bankers, pengusaha sukses, chef, pelukis, komik, sutradara, jurnalis, photographer, artis, komedian, bikers, dsb" sebagai nara sumber latihan pramuka.
Penutup
  • Menghadirkan latihan kepramukaan yang menarik dan kekinian, tidak akan mampu jika tidak memanfaatkan potensi pemerintah, masyarakat dan potensi lingkungan pendidikan lainnya. Sifat pendidikan kepramukaan yang terbuka, sukarela dan "community education bases" menghendaki adanya peran strategis dari seluruh pemangku kepentingan (pemerintah dan masyarakat) untuk ikut bertanggungjawab terhadap kelangsungan dan kualitas proses pendidikannya. 
  • Inisiatif dari segenap pemangku kepentingan perlu kembali ditumbuhkan dan dikembangkan jika ingin pendidikan kepramukaan maju, modern, adaptif dan berkorelasi dengan tantangan-tangan nyata para peserta didik kini, esok dan dikelak kemudian hari. Menjadikan urusan pendidikan kepramukaan hanya ditangan kwartir dan pemerintah, bisa dikatakan menyalahi khitah dan akan keberatan beban. Salam. Bersambung. (Anis Ilahi).
     
     
Lihat topik/entry terkait :

Jumat, 19 Juni 2015

Urban Scouting : Antara Ketrampilan Hidup di "Alam Bebas" dan Ketrampilan Hidup di "Alam Kota" (6b)


image : in2eastafrica.net


catatan ensiklopediapramuka on line :

URBAN SCOUTING :
ANTARA KETRAMPLAN HIDUP DI "ALAM BEBAS" DAN
KETRAMPILAN HIDUP DI "ALAM KOTA" (6B)

Oleh :
Anis Ilahi Wh  (Ketua DKD Kwarda Yogya 1987 - 1991)



Pengantar
  • Merujuk pada Buku Panduan Kursus Pelatih Pramuka Mahir, yang diterbitkan Kwarnas Gerakan Pramuka (2011) disebutkan bahwa kegiatan pendidikan kepramukaan merupakan kegiatan di alam terbuka (outdoor activity) yang mengandung dua nilai, yaitu : Nilai formal, atau nilai pendidikan yang terkait dengan pembentukan watak (character building ), dan Nilai materiil, atau yang terkait dengan pendidikan nilai kegunaan praktisnya. Dengan kata lain pendidikan kepramukaan memiliki dimensi pendidikan soft skills (pendidikan karakter/pendidikan nilai-nilai) dan hard skill (ketrampilan praktis).
  • Dalam penerapannya di lapangan, pendidikan kepramukaan dalam kaitan dengan pendidikan soft skills atau pendidikan karakter jauh lebih maju dibanding dengan pendidikan hard skill atau pendidikan ketrampilan. Materi, media dan metode pendidikan soft skill jauh lebih banyak tersedia termasuk sumber daya pendukung kependidikanya seperti ketersediaan pembina dan pelatih (lihat tulisan sebelumnya tentang 21 paramater pendidikan soft skills).
  • Tidak demikian halnya dengan pendidikan hard skill (pendidikan ketrampilan), pendidikan kepramukaan tampak gamang menyiapkan pilihan materi, metode dan media pendidikannya. Satuan Karya dan SKK-TKK yang sebenarnya merupakan salah satu bentuk inovasi pendidikan hard skill kurang tampak berkembang secara masif, oleh karena keterbatasan logistik, sumberdaya (instruktur) maupun metode, materi dan media latih yang sesuai dengan apsirasi anak dan remaja khususnya anak dan remaja di wilayah perkotaan. Harus diakui sejumlah SKK dan TKK terlambat dikembangkan sesuai kemajuan zaman, karena hingga saat inipun masih ditemukan misalnya SKK dan TKK mengirim wesel pos, teknologi pengiriman uang yang sudah tidak dikenal lagi pada saat ini.

Traditional Scouting Skills
  • Dalam hal pendidikan ketrampilan, pendidikan kepramukaan masih terpaku pada ketrampilan penguasaan morse dan isyarat, semaphore, tali temali, pionering, peta pita, peta panorama dan sejumlah jenis ketrampilan lain, yang sering dikategorikan sebagai "traditional scouting skills". Pilihan ini tidak salah namun harus diakui kurang relevan dan kurang mengundang minat khususnya untuk anak dan remaja perkotaan yang terbiasa berhadapan dengan beragam jenis "pendidikan ketrampilan" yang sangat menantang dan relevan dengan kehidupannya baik di masa kini maupun masa depan, misalnya ketrampilan industri kreatif (musik, fashion, kuliner, film, animasi).
  • Pada awalnya BP menggulirkan pendidikan kepanduan memang untuk anak-anak kota dengan menjadikan "alam bebas" sebagai arena dan media latihan. Dalam konteks seperti itu maka ketrampilan-ketrampilan "kehidupan di alam bebas" menjadi salah satu meteri dan kompetensi yang harus dimiliki peserta didik agar "survive" hidup di alam bebas. Diantara beragam ketrampilan untuk hidup di alam bebas itu adalah jenis-jeniss ketrampilan traditional scouting yang disebutkan di atas. 
  • Melalui penguasaan ketrampilan traditional scouting itulah - pendidikan karakter dengan menggunakan "alam bebas" sebagai media latih ditanamkan. Para Pramuka dilatih agar bisa survive di alam bebas harus menguasai ketrampilan (hard skills) pionering, semaphore, tali - temali dsb, serta memiliki sikap dan karakter positif (soft skills) seperti kedisiplinan, kemandirian, keberanian, kerjasama, kepemimpinan, kecermatan, dsb. Jadi traditional scouting skills pada dasarnya adalah ketrampilan untuk "hidup di alam bebas"

Urban Scouting Skills
  • Urban scouting adalah pendidikan kepramukaan dengan menjadikan "alam kota" sebagai arena dan media latih dengan berpegang teguh pada filosofi, nilai-nilai dan prinsip dasar pendidikan kepanduan yang digagas oleh BP dan dikembangkan atas dasar kearifan dan tantangan lokal oleh Bapak Pramuka Indonesia, Sri Sultan Hamengkuwubowo IX. Pemikiran ini dilandasi bahwa aspirasi anak dan remaja kota sudah sedemikian kompleks, beragam dan jauh kedepan sehingga memerlukan "layanan pendidikan kepramukaan yang tidak hanya berbasiss pada alam bebas dengan segenap dimensinya namun juga berbasis alam kota tempat mereka sehari-hari tinggal, tumbuh dan berkembang". Urban scouting adalah pendidikan kepramukaan yang memanfaatkan "alam bebas" dan "alam kota" secara bersama-sama, saling melengkapi untuk menghadirkan kegiatan kepramukaan yang inovatif, kreatif, rekreatif, relevan dan dekat dengan lingkungan peserta didik.
  • Pada tataran "soft skills" urban scouting tetap menggunakan segenap media, materi dan metode pendidikan kepramukaan yang selama ini dikenal seperti kiasan dasar, upacara sebagai media pendidikan, permainan yang mengandung pendidikan, halang rintang, cerita - nyanyi dan tepuk tangan, perkemahan, penjelajahan, bivak, sistem beregu, dsb. Pada aspek pendidikan karakter atau soft skills - urban scouting cukup menggunakan instrumen-isntrumen pendidikan kepramukaan yang sudah ada. Justru disinilah kelebihan pendidikan kepramukaan memliki sumber daya latihan pendidikan karakter yang melimpah.
  • Namun demikian pada tataran "hard skills" urban scouting perlu merumuskan kembali ketrampilan-ketrampilan baru melengkapi ketrampilan-ketrampilan tradisional yang selama ini sudah dikenal. Terlalu terpaku pada ketrampilan tradisional akan menyebabkan pendidikan kepramukaan tidak menarik karena tidak lagi relevan dengan lingkungan hidup para peserta didik. Dalam kaitan ini terdapat sejumlah materi pendidikan ketrampilan yang bisa dijadikan sebagai materi "Urban Scouting Skills" (lihat pada tulisan urban sscouting sebelumnya).
 Manajemen Urban Scouting Skills
  • Penerapan "urban scouting skills" membutuhkan pendekatan menejemen gugusdepan dan kwartir yang baru dan membutuhkan kompetensi baru para pembina pramuka. Beragamnya bentuk dan sifat "urban souting skills" tentu tidak mungkin dikuasai oleh seorang pembina pramuka juga tidak mungkin hanya dikelola oleh jajaran kwartir. 
  • Dalam kaitan dengan hal di atas maka perlu : dikembalikan konsep pendidikan kepramukaan sebagai pendidikan yang terbuka, pembentukan jaringan supporting pendidikan kepramukaan berbasis masyarakat dan pemerintah (memaksimalkan kembali peran andalan dan mabi), perlu menghidupan kembali korps instruktur ditingkat kwaran/kawrcab yang melayani gudep-gudep seperti : korps Instruktur IT Pramuka, Instruktur Kewirausahaan, Instruktur Digital Literacy, Instruktur Fashion, Instruktur Kuliner, Instruktur Hidroponik, Instruktur Solarcel, dsb, juga perlu diaktifkan kembali sanggar-sanggar latihan pramuka yang beragam (semua hal ini akan dijelasakan pada topik selanjutnya) - (Bersambung) - Salam. Anis Ilahi Wh.

Lihat entry/topik terkait :

 
Catatan Ensiklopedia Pramuka merupakan kolom opini redaksi yang mengulas topik-topik kontemporer pendidikan kepramukaan seperti : renewing scouting, pramuka dan media, pramuka sebagai ekskul wajib, kepemimpinan, inovasi media dan metode latihan, pendidikan perdamaian, pendidikan moral dan etika, dll.