image : bhanuaa.blogspot.com |
catatan ensiklopediapramuka on line
GENERASI Z, SOFTSKILL & SIMPLE SCOUTING (5C)
Oleh : Anis Ilahi Wh
(Ketua DKD Kwarda XII DIY 1987 - 1991)
Pengantar
Sebagai pendidikan yang berbasis peserta didik sebagaimana Baden Powell
- Bapak Pandu Dunia menyatakan "ask the boy" atau sebagaimana Sri
Sultan Hamengkubuwono IX - Bapak Pramuka Indonesia menyatakan "Souting
involve the active participation of te boys themselves", maka
pencermatan dan pemahaman terhaap perkembangan karakter dan aspirasi
peserta didik dari masa ke masa merupakan sebuah keniscayaan. Generasi Z
merupakan salah satu teori generasi (Generation Theory) yang dapat
digunakan sebagai rujukan untuk mengenal perkembangan karakter dan
aspirasi peserta didik Gerakan Pramuka.
Sejumlah lembaga pendidikan telah menaruh perhatian mendalam terhadap lahirnya "generasi Z" ini. Hal itu karena generasi ini memiliki tipikal yang sangat spesifik, lahir sebagai akibat pengaruh pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, serta berada dalam lingkungan kehidupan yang sangat komplek baik secara sosial, ekonomi, kebudayaan maupun aspek-aspek kehidupan lainnya. Generasi Z banyak tumbuh di lingkungan perkotaan. Oleh sebab itu pengembangan "urban scouting" mesti mempertimbangkan aspek ini sebagai salah satu faktor penting, karena mereka membutuhkan "layanan pendidikan" yang betul-betul khas.
Sejumlah lembaga pendidikan telah menaruh perhatian mendalam terhadap lahirnya "generasi Z" ini. Hal itu karena generasi ini memiliki tipikal yang sangat spesifik, lahir sebagai akibat pengaruh pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, serta berada dalam lingkungan kehidupan yang sangat komplek baik secara sosial, ekonomi, kebudayaan maupun aspek-aspek kehidupan lainnya. Generasi Z banyak tumbuh di lingkungan perkotaan. Oleh sebab itu pengembangan "urban scouting" mesti mempertimbangkan aspek ini sebagai salah satu faktor penting, karena mereka membutuhkan "layanan pendidikan" yang betul-betul khas.
Generasi Z
Dalam teori generasi (Generation Theory) hingga saat ini dikenal ada 5
generasi, yaitu: Generasi Baby Boomer-lahir 1946-1964, Generasi X-lahir
1965-1980,Generasi Y-lahir 1981-1994, Generasi Z-lahir 1995-2010, dan
Generasi Alpha-lahir 2011-2025. Generasi Z disebut juga iGeneration,
Generasi Net, atau Generasi Internet. Generasi ini besar di era digital,
dengan beragamm teknologi yang komplet dan canggih, seperti:
komputer/laptop, HandPhone, iPads, PDA, MP3 player, BBM, dan aneka
perangkat lainnya yang dapat digunakan untuk melakukan beragam pekerjaan
dan mengakses beragam informasi dari berbagai belahan bumi.
Generasi Z memiliki ciri positip mahir dalam teknologi, mendapatkan informasi dengan mudah dan cepat, berkomunikasi dengan jejaring sosial, multitasking - melakakan banyak pekerjaan dalam waktu yang sama, dan menginginkan segala sesuatu berjalan cepat, serta gemar mendengar musik. Model kerjasama generasi Z sangat unik karena berbentuk kerjasama online atau kerjasama dalam dunia maya. Generasi Z senang dengan persoalan-persoalan yang membutuhkan pengambilan keputusan yang cepat, ditopang data dan memiliki banyak sisi. Andalan mereka adalah internet yang merupakan sumber data dan informasi yang sangat melimpah untuk mendukung pengambilan keputusannya.
Generasi Z memiliki kelemahan, yakni cenderung egosentris dan individualis, instan dan ingin hasil yang cepat, tidak sabar, tidak menghargai proses, kematangan kecerdasan emosional dan sosial yang cenderung rendah meski memiliki kecerdasan intelektual tinggi. Mereka oleh teknologi informasi dibentuk dalam lingkungan "yang jauh jadi dekat - yang dekat jadi jauh". Pernahkah kita melihat "dua remaja yang duduk berdekatan masing-masing sibuk dengan gadetnya-berkomunikasi dengan temannya yang jauh sembari tidak peduli denga sahabat yang ada didekatnya?", itulah salah satu fenomena Generasi Z.
Generasi Z memiliki ciri positip mahir dalam teknologi, mendapatkan informasi dengan mudah dan cepat, berkomunikasi dengan jejaring sosial, multitasking - melakakan banyak pekerjaan dalam waktu yang sama, dan menginginkan segala sesuatu berjalan cepat, serta gemar mendengar musik. Model kerjasama generasi Z sangat unik karena berbentuk kerjasama online atau kerjasama dalam dunia maya. Generasi Z senang dengan persoalan-persoalan yang membutuhkan pengambilan keputusan yang cepat, ditopang data dan memiliki banyak sisi. Andalan mereka adalah internet yang merupakan sumber data dan informasi yang sangat melimpah untuk mendukung pengambilan keputusannya.
Generasi Z memiliki kelemahan, yakni cenderung egosentris dan individualis, instan dan ingin hasil yang cepat, tidak sabar, tidak menghargai proses, kematangan kecerdasan emosional dan sosial yang cenderung rendah meski memiliki kecerdasan intelektual tinggi. Mereka oleh teknologi informasi dibentuk dalam lingkungan "yang jauh jadi dekat - yang dekat jadi jauh". Pernahkah kita melihat "dua remaja yang duduk berdekatan masing-masing sibuk dengan gadetnya-berkomunikasi dengan temannya yang jauh sembari tidak peduli denga sahabat yang ada didekatnya?", itulah salah satu fenomena Generasi Z.
Softskill
Pengembangan "soft skill" atau
pengembangan kecerdasan spiritual, emosional dan sosial peserta didik
merupakan salah satu potensi dan kekuatan pendidikan kepramukaan yang
sangat relevan untuk "mengimbangi" tumbuhnya sifat-sifat negatif
generasi Z. Namun demikian dibutuhkan kreativitas para Pembina Pramuka
didalam menciptakan dan mengelola KEGIATAN "sofTskills" agar berdampak
positip dan membantu pertumbuhan generasi Z memiliki karakter
kepribadian yang kuat, baik dan benar.
Salah satu misal, pendidikan kepramukaan harus mampu memadukan dan memberikan pengalaman kepada peserta didik generasi Z apa makna perbedaan kerjasama di dunia maya dengan dunia nyata. Disamping itu pengembangan softskill harus dilaksanakan dengan berpusat pada peserta didik, multitasking, menciptakan kreativitas, menyenangkan dan menantang, relevan, kontekstual, bermuatan nilai, etika, estetika dan logika. (Salah satu contoh, baca seri tulisan ini No 4b - URBAN SCOUTING : SKENARIO URBAN "WIDEGAMES" SEBUAH MODEL. Contoh-contoh lain akan ditulis kemudian).
Salah satu misal, pendidikan kepramukaan harus mampu memadukan dan memberikan pengalaman kepada peserta didik generasi Z apa makna perbedaan kerjasama di dunia maya dengan dunia nyata. Disamping itu pengembangan softskill harus dilaksanakan dengan berpusat pada peserta didik, multitasking, menciptakan kreativitas, menyenangkan dan menantang, relevan, kontekstual, bermuatan nilai, etika, estetika dan logika. (Salah satu contoh, baca seri tulisan ini No 4b - URBAN SCOUTING : SKENARIO URBAN "WIDEGAMES" SEBUAH MODEL. Contoh-contoh lain akan ditulis kemudian).
Simple Scouting
Pada ranah soft skill pendidikan kepramukaan dilaksanakan dengan
hal-hal sederhana namun berdampak luar biasa bagi perkembangan
pengetahuan, sikap dan ketrampilan peserta didik - itulah apa yang
disebut dengan simple scouting. Upacara pembukaan latihan misalnya,
sejatinya dapat digunakan sebagai ajang mengembangkan kepemimpinan,
kedisiplinan, kerapihan, kecermatan, nasionalisme, keteladanan,
kerjasama dsb. Konsep simple souting yang dirancang secara partisipatif
dengan peserta didik merupakan sebuah kebutuhan untuk melatih generasi Z
ini. Sejumlah ahli pendidikan menyatakan bahwa metode belajar bagi
generasi Z paling tidak harus berproses dari mengamati, menanyakan,
mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan (lihat
contoh kegiatan, pada link di bawah ini).
Sangat ideal kiranya jika fenomena Generasi Z ini dibahas secara tuntas dan dirumuskan menjadi kebijakan inovasi pendidikan Kepramukaan. Tugas itu tentu sangat relevan jika ditangani oleh Kwartir yang memiliki sumber daya dan dana cukup, baik untuk melakukan penelitian, perumusan, ekperimen, dan penyebaran kebijakannya. Meski demikian insiatif-inisiatif kecil juga layak dilakukan, seperti yang sedang kita lakukan bersama melalui seri dan diskusi di tulisan ini. Salam. Bersambung.
Sangat ideal kiranya jika fenomena Generasi Z ini dibahas secara tuntas dan dirumuskan menjadi kebijakan inovasi pendidikan Kepramukaan. Tugas itu tentu sangat relevan jika ditangani oleh Kwartir yang memiliki sumber daya dan dana cukup, baik untuk melakukan penelitian, perumusan, ekperimen, dan penyebaran kebijakannya. Meski demikian insiatif-inisiatif kecil juga layak dilakukan, seperti yang sedang kita lakukan bersama melalui seri dan diskusi di tulisan ini. Salam. Bersambung.
Lihat entry/topik terkait :
- Urban Scouting (1) : Sebuah Pemikiran Awal
- Urban Scouting (2) : Pemetaan Karakter Input/Peserta didik
- Urban Scouting (3) : Kelembagaan & Variasi Pengembangannya
- Urban Scouting (4a) : Urban Widegames Sebuah Model
- Urban Scouting (4b) : Skenario Urban Widegames Sebuah Model
- Urban Scouting (5a) : Ke arah Manakah Skills Peserta Didik Dikembangkan ?
- Urban Scouting (5b) : Arah Pengembangan Hard Skills Peserta Didik
- Urban Scouting (6a) : Potensi Kota sebagai Lingkungan Pendidikan Kepramukaan
- Urban Scouting (6b) : Antara Ketrampilan Hidup di "Alam Bebas" dan Ketrampilan Hidup di "Alam Kota"
0 komentar:
Posting Komentar