Selamat Datang di CATATAN REDAKTUR ENSIKLOPEDIA PRAMUKA
go to my homepage
Go to homepage

Pages

Labels

Kamis, 28 Mei 2015

Urban Scouting : Potensi Kota Sebagai Lingkungan Pendidikan Kepramukaan (6A)





catatan ensiklopediapramuka on line :

URBAN SCOUTING : POTENSI KOTA SEBAGAI LINGKUNGAN
PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN (6A)

Oleh : Anis Ilahi Wh
(Ketua DKD Kwarda DIY, tahun 1987 - 1991)
 

Pengantar

  • Merujuk pada Buku Panduan Kursus Pelatih Pramuka Mahir, yang diterbitkan Kwarnas Gerakan Pramuka (2011), maka Pendidikan Kepramukaan disebut sebagai proses pendidikan yang praktis, di luar sekolah dan di luar keluarga yang dilakukan di alam terbuka dalam bentuk kegiatan yang menarik, menantang, menyenangkan, sehat, teratur dan terarah, dengan menerapkan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Pendidikan Kepramukaan, yang sasaran akhirnya adalah terbentuknya kepribadian, watak, akhlak mulia dan memiliki kecakapan hidup.
  • Proses pendidikan di luar sekolah dan di luar keluarga serta berlangsung di alam terbuka, merupakan dua aspek penting yang terkait dengan upaya pengembangan urban scouting. "Kota" dengan segenap sisinya merupakan "alam terbuka" bahkan bisa dikatakan sebagai "buku dengan halaman tak terbatas" yang dapat menjadi sumber belajar atau latihan pramuka yang menarik, menantang, menyenangkan, sehat, teratur dan terarah dan berkorelasi erat dengan aspirasi anak dan remaja yang ada didalamnya termasuk anak dan remaja peserta didik Gerakan Pramuka.
  • Kiranya harus disadari bersama bahwa "menjauhkan" proses kegiatan dan latihan dengan "alam/lingkungan terdekat" peserta didik merupakan salah satu faktor tidak menariknya pendidikan kepramukaan. Anak kota idealnya berlatih dengan sumber alam/lingkungan kota tempat ia berpijak disamping juga berlatih dengan sumber alam/lingkungan bebas, alam hutan, alam rimba, alam kampung, dsb. Demikian pula sebaliknya.

Hubungan Gudep dan Lingkungan Kota

  • "Lingkungan kota" dapat melengkapi "keterbatasan lingkungan gugusdepan" sebagai arena berlatih kepramukaan, baik secara fisik maupun non fisik. "Lingkungan fisik gugusdepan di perkotaan" yang cenderung sempit dan terbatas tidak ideal sebagai arena latihan kepramukaan yang menekankan proses belajar di alam terbuka. Oleh sebab itu dalam konsep "urban scouting", gugusdepan dioptimalkan hanya sebagai "pangkalan pelaksanaan tugas administratif, titik berkumpul, titik kordinasi, titik perencanaan, dsb" adapun implementasinya menyebar di seantero kota dengan segenap variasi kegiatannya sesuai dengan target dan sasaran pelatihan yang ditetapkan para Pembina Pramuka.
  • "Lingkungan non fisik gugusdepan" dengan 1 Kakak Pembina melaksanakan segala hal untuk mengurus satuan, juga cenderung tidak mampu mengakomodir kebutusan peserta didik yang sangat beragam. Lingkungan kota dapat melengkapi kekurangan lingkungan non fisik gugusdepan terutama dalam hal menjadi sumber inspirasi latihan, media latihan, narasumber latihan, materi latihan, sarana prasarana latihan, agenda latihan, dsb.

Kota Pramuka & Susbtansial Branding
  • Jika setiap akhir pekan taman-taman atau ruang terbuka hijau di kota dipenuhi oleh para pramuka berlatih beragam kegiatan "soft skill dan hard skill" dengan serius, produktif, kreatif dan riang gembira, sarana-sarana transportasi umum (bus, kereta, angkot) berisi para pramuka yang sedang berlatih "penjelajahan" mengenal kotanya dengan beragam tugas, lingkungan kota (sungai, pasar, jembatan, trotoar, dll) berisi para pramuka yang sedang berbakti untuk menyelesaikan SKU, tokoh-tokoh masyarakat yang dituakan di kota itu dikunjungi oleh para Pramuka untuk berbagi cerita tentang nilai-nilai dan kebaijkan hidup, taman makam pahlawan, situs sejarah, kota tua dikunjungi oleh para pramuka yang sedang belajar sejarah, maka dengan itu semua suasana kota akan menjadi sebuah "Kota Pramuka" yang membanggakan.
  • Dengan model latihan semacam di atas maka akan membangun "trust" masyarakat luas kepada pendidikan kepramukaan. Jika sudah tumbuh "trust" maka dukungan akan mengalir deras diminta atau tidak diminta. Dukungan warga kota yang positif akan menjadi tambahan "nara sumber latihan" yang luar biasa. Dengan ini pula maka keberagaman narasumber akan didapatkan dengan mudah sekaligus membantu dalam menciptakan kegiatan kepramukaan yang "inovatif, progresif, relevan dan modern". 
  • Model pemanfaatan kota sebagai lingkungan latihan kepramukaan juga akan membantu meningkatkan citra pramuka. Hal itu karena pemanfaatan tersebut dapat dikategorikan sebagai "substansial branding" yaitu membangun "trust dan care" publik perkotaan terhadap pendidikan kepramukaan melalui "aksi pendidikan yang nyata". Langkah ini lebih efektif dibanding membangun "media branding" yang selama ini cukup mewabah di lingkungan organisasi Gerakan Pramuka. Apalagi jika "media branding" tersebut terjebak pada orientasi "personal branding" maka akan lebih menjauhkan "panggang dari api" alias "daging dan ikan panggangnya tidak matang-matang", padahal sudah lapar semua, hehe .... Salam. Bersambung ke 6B. (Anis Ilahi Wh).


Lihat entry/topik terkait :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Catatan Ensiklopedia Pramuka merupakan kolom opini redaksi yang mengulas topik-topik kontemporer pendidikan kepramukaan seperti : renewing scouting, pramuka dan media, pramuka sebagai ekskul wajib, kepemimpinan, inovasi media dan metode latihan, pendidikan perdamaian, pendidikan moral dan etika, dll.