|  | 
| image : businessworld.in | 
catatan ensiklopediapramuka online
URBAN SCOUTING :
KE ARAH MANAKAH SKILLS PESERTA DIDIK DIKEMBANGKAN (5A)
KE ARAH MANAKAH SKILLS PESERTA DIDIK DIKEMBANGKAN (5A)
Oleh : Anis Ilahi Wh
(Mantan Ketua DKD Kwarda DIY  1987 - 1991)
Pengantar
Diantara ciri-ciri kehidupan kota yang positif adalah kompetetif, serba
 cepat, kolaboratif, produktif, kreatif dan inovatif. Aspek-aspek ini 
harus menjadi perhatian pengembangan "urban scouting" khususnya dalam 
merumuskan arah karakter out put dan out comes pendidikan kepramukaan 
yang ingin diraih. Tugas pendidikan adalah  "menyiapkan" anak-anak untuk
 menghadapi "masa depannya" bukan mengajarkan anak-anak untuk "kembali 
ke masa lalunya". Dalam dunia pendidikan "masa lalu" penting tapi 
sebatas sebagai bahan pembelajaran untuk mengambil yang baik dan 
meninggalkan yang buruk.    
Tataran strategis yaitu tujuan 
pendidikan kepramukaan perlu diterjemahkan dengan tataran teknis 
operasional yaitu tujuan latihan kepramukaan di tingkat satuan 
pendidikan seperti Gudep dan Saka. Pada tulisan ini, tataran teknis 
operasional pengembangan skills peserta didik "urban scouting" agar 
mudah, akan dipetakan menjadi dua yaitu tataran pengembangan "soft 
skills" dan "life skills". 
Pengembangan Soft Skills
Merujuk pada Wikipedia,  soft skills adalah istilah sosiologis yang 
berkaitan dengan kecerdasan emosional, sifat kepribadian, ketrampilan 
sosial, komunikasi, berbahasa, kebiasaan pribadi, keramahan, dan 
optimisme yang mencirikan kemampuan seseorang dalam berhubungan dengan 
orang lain. Soft skills merupakan kecerdasan emosional dan sosial 
(Emotional Inteligence Quotient) yang sangat penting untuk melengkapi 
kecerdasan intelektual (Intelligence Quotient) dan kecerdasan 
kinestetik. 
Softs skills terbadi menjadi 2 yaitu keterampilan 
seseorang dalam berhubungan dengan orang lain (inter-personal skills) 
dan dan keterampilan dalam mengatur dirinya sendiri (intra-personal 
skills). Terdapat 23 atribut soft skills seperti  : inisiatif, mampu 
menerapkan manajemen diri, bertika/integritas, mampu menyelesaikan 
persoalan, berfikir kritis, dapat meringkas/memetakan persoalan, 
memiliki kemauan belajar, senang bekerjasama, memiliki komitmen, 
fleksibel, motivasi tinggi, kerja dalam tim, bersemangat, mandiri, dapat
 diandalkan, mau mendengar, komunkatif, tangguh, kreatif, argumentatif, 
analitis, disiplin terhadap waktu dan dapat mengatasi stres. 
Penguasaan peserta didik terhadap 23 atribut ini akan menjadikan dirinya
 sebagai pribadi yang berkualitas, mandiri, memiliki rasa percaya diri, 
dapat bersosialisai dan bekerja dalam tim serta menumbuhkan kepekaan 
wawasan pemikiran dan kepribadiannya dalam berhadapan dengan berbagai 
lingkungan kehidupannya termasuk lingkungan perkotaan.
Pendidikan
 kepramukaan dengan segenap instrumenya seperti penerapan kode 
kehormatan, sistem beregu, sistem tanda kecakapan, pendidikan di alam, 
sebutan kakak-adik, sistem pendidikan berdasar golongan usia, pendidikan
 berbasis "individual diferences" atau pendidikan yang menghargai 
perbedaan individual, sistem among, beragam jenis upacara, seragam dan 
tanda pengenal, nyanyian dan tepuk tangan, bermain , berkemah, jelajah 
alam, kiasan dasar, dsb, sejatinya merupakan instrumen pengembangan soft
 skills yang sangat lengkap. Oleh sebab itu pula pendidikan kepramukaan 
kemudian disebut sebagai agen atau pelaku pendidikan karakter. 
Pengembangan Life Skills
Pendidikan Kepramukaan yang bertujuan menghasilkan peserta didik yang 
berkepribadian, berkarakter dan mandiri, juga memberikan perhatian pada 
pendidikan kecakapan hidup atau life skillis. TKK dan Satuan Karya 
merupakan bukti terhadap hal itu. 
Menurut WHO pengertian 
kecakapan hidup adalah berbagai keterampilan atau kemampuan untuk dapat 
beradaptasi dan berperilaku positif yang memungkinkan seseorang mampu 
menghadapi berbagai tuntutan dan tantangan dalam hidupnya sehari-hari 
secara efektif. Dengan demikian hakekat pendidikan kecakapan hidup 
adalah upaya untuk meningkatkan keterampilan, pengetahuan, sikap peserta
 didik  agar hidup mandiri secara individu, sosial dan ekonomi. 
Terdapat 3 pendidikan kecapakan yang sangat dibutuhkan agar seseorang 
dapat hidup mandiri baik secara individu, sosial dan ekonomi yaitu : 
kecakapan yang berhubungan dengan hidup itu sendiri, Kecakapan hidup 
yang berhubungan dengan kehidupan, dan kecakapan yang berhubungan dengan
 penghidupan. Umumnya pendidikan kecakapan hidup efektif jika 
dikembangkan dalam lingkungan pendidikan yang  berprinsip learning to 
know, learning to do, learning to be dan learning to live together. 
Prinsip-prinsip itu semua sudah ada dalam sistem pendidikan kepramukaan,
 sehingga yang dibutuhkan hanya materi dan metode semata (akan 
dijelaskan pada tulisan berikutnya)
Memindahruangkan Traditional Scouting Skills
Dalam sebuah seminar saya duduk disamping seorang Ibu perkotaan. 
Setengah mengeluh si Ibu menyampaikan "saya tidak nyaman dengan latihan 
pramuka, bayangkan 1 jam anak saya hanya dilatih bermaian smaphore, di 
rumah anak saya juga berlatih keras karena kalau tidak hafal dimarahai 
pembinanya". Saya bertanya "apa salahnya dengan latihan smaphore bu?". 
"Ketrampilan itu tidak relevan lagi untuk masa depan anak saya, daripada
 1 jam latihan semaphore, kan lebih baik digunakan untuk kursus bahasa, 
latihan menari, melukis, komputer desain dsb, itu akan sangat berharga 
bagi masa depannya", jawab si Ibu.
Kepada Si Ibu saya jelaskan, 
bahwa smaphore sebagai life skills mungkin kehilangan relevansi, "tapi 
bu, melalui smaphore putra Ibu bisa berlatih ketelitian, kerjasama, 
kedisiplinan, kegembiraan, persahabatan, kejujuran, dsb, itu termasuk 
pengembangan soft skills bu". Si Ibu tersenyum, entah setuju, entah apa 
... hehe ...
Dari pengalaman di atas, barangkali pelatihan 
tradistional scouting skills perlu berpindah ruang dari instrument 
pengembangan life skills menjadi instrument pengembangan soft skills 
dengan segala implikasi metode penerapannnya.Tanpa itu, maka tidak salah
 jika anak-anak kota menyebut kepramukaan jadul dan tidak relevan. 
Salam. Bersambung ke (5B). 
Lihat entry/tema terkait :
- Urban Scouting (1) : Sebuah Pemikiran Awal
- Urban Scouting (2) : Pemetaan Karakter Input/Peserta didik
- Urban Scouting (3) : Kelembagaan & Variasi Pengembangannya
- Urban Scouting (4a) : Urban Widegames Sebuah Model
- Urban Scouting (4b) : Skenario Urban Widegames Sebuah Model
- Urban Scouting (5b) : Arah Pengembangan Hard Skill Peserta Didik
- Urban Scouting (5c) : Generasi Z, Soft Skills dan Simple Scouting
- Urban Scouting (6a) : Potensi Kota sebagai Lingkungan Pendidikan Kepramukaan
- Urban Scouting (6b) : Antara Ketrampilan Hidup di "Alam Bebas" dan Ketrampilan Hidup di "Alam Kota"







 
 
 
 

 
0 komentar:
Posting Komentar