Selamat Datang di CATATAN REDAKTUR ENSIKLOPEDIA PRAMUKA
go to my homepage
Go to homepage

Pages

Labels

Selasa, 30 Juni 2015

Urban Scouting : Menejemen Urban Scouting Skills (6C)



 catatan ensiklopedia on line

Urban Scouting :
MENEJEMEN URBAN SCOUTING SKILLS (6C)

oleh : 
Anis Ilahi Wh 
(ketua dkd kwarda diy 1987-1991)



Pengantar
  • Merujuk pada buku "AIDS TO SCOUTMASTERSHIP" A Guidebook For Scoutmasters On The Theory of Scout 1920 By BP Founder of the Boy Scout Movement, disebutkan terdapat 4 empat cabang penting materi latihan kepramukaan untuk mencapai tujuan pelatihan menjadi warga negara yag aktif, kreatif dan produktif. Keempat cabang itu yaitu : pendidikan karakter, pendidikan kesehatan dan kesemaptaan jasmani, pendidikan kerajinan dan ketrampilan serta pendidikan pengabdian atau "pelayanan kepada orang lain".
  • Keempat cabang atau materi pendidikan tersebut harus terus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, tantangan dan apsirasi peserta didik. Urban Scouting Skills merupakan bentuk "interpretasi" salah satu dari ke empat cabang pendidikan kepramukaan yang digariskan Badenn Powel khususnya pada bidang ketrampilan dan kerajinan. Interpretasi itu didasarkan pada perkembangan tantangan zaman, perubahan lingkungan, dan tumbuhnya aspirasi baru para peserta didik berupa tumbuhnya jenis-jenis ketrampilan baru yang ada disekitar kehidupan peserta didik yang akan bermanfaat bagi kehidupannya di masa kini, esok dan kelak kemudian hari.
Ruang Lingkup Materi
  • Pendidikan Kepramukaan bermuara kepada terbentuknya pribadi yang sukses baik dalam kehidupan diri sendiri maupun eksistensinya sebagai warga negara yang baik dan bertanggungjawab. Berdasarkan hasil penelitian Harvard University Amerika Serikat, ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh penguasaan pengetahuan dan kemampuan ketrampilan teknis (hard skill) saja, tetapi juga oleh kemampuan penguasaan mengelola diri sendiri dan orang lain, karakter (soft skill). Bahkan penelitian ini mengungkapkan kesuksesan hidup justru ditentukan sekitar 20% oleh penguasaan hard skill dan 80% penguasaan soft skill. 
  • Urban scouting skills yang secara ringkas dapat diterjemahkan sebagai materi bidang ketrampilan dan kerajinan berbasis "budaya atau alam kota" dengan sendirinya hanya merupakan faktor pelengkap atau pilihan materi pendidikan kepramukaan bagi para peserta didik. Sebagaimana sifat pendidikan kepramukaan yang menekankan pendidikan karakter maka yang utama adalah pendidikan pengembangan soft skills dengan 21 paramter karakter yang telah disebutkan pada tulisan sebelumnya.
Peran Pembina
  • Luas dan beragamnya materi "urban scouting skills" dari mulai pendidikan ketrampilan dalam bentuk urban survival, urban community development services, ekonomi kreatif, urban hobies, urban profesi, job creation berbasis SAKA dan TKK, teknologi tepat guna, karya nnovasi teknologi sederhana, digital literacy, hingga kewirasusahaan dan enterpreneurship tentu tidak mungkin dikuasasi sepenuhnya oleh para Pembina Pramuka.
  • Dalam kaitan dengan penerapan pelatihan urban scouting skills maka para Pembina Pramuka, pertama menentukan fokus dan pilihan jenis ketrampilan apa yang akan dikembangkan di satuan atau gudepnya. Tentu penentuan fokus atau pilihan ini juga atas dasar kesepakatan atau kebutuhan peserta didik dan kemampuan satuan, serta ketersediaan waktu. Tidak harus semua jenis ketramapilan menjadi materi latihan.
  • Kedua, para Pembina diharapkan mampu menjalin kerjasama dan menjadikan potensi yang ada disekitar gudep baik masyarakat (orang tua, atau saudara peserta didik yang ahli) maupun aparat dan fasilitas pemerintah untuk dijadikan sebagai nara sumber latihan (Instruktur tamu). Para Pembina Pramuka bertanggungjawab untuk mengemas kegiatan latihan yang diberikan oleh para Instruktur Tamu tersebut agar tetap sesuai dengan Prinsip Dasar dan Metode Kepramukaan.
Peran Kwartir
  • Peran Kwartir tentu sangat dominan dari mulai aspek kebijakan hingga aspek operasional dalam menopang penyelenggaraan pendidikan ketrampilan kepramukaan berbasis alam dan budaya kota. Pada aspek kebijakan, Kwartir seyogyanya mulai mempertimbangkan materi "urban scouting skills" sebagai bagian dari SKU dan SKK, adanya kebijakan yang menetapkan SKU dan SKK yang berlaku secara nasional namun ada ada yang disusun dan hanya berlaku untuk daerah tertentu (desentralisasi). Sehingga dengan demikian kekhasan ketrampilan kepramukaan untuk masing-masing kota/wilayah dapat dikembangkan dengan lebih baik. 
  • Kwartir seyogyanya juga mengeluarkan bahan latih baik yang bersifat cetak (buku modul), multi media (digital book) maupun media pelatihan on line (berbasis web,aplikasi, medsos, dll) untuk panduan para pembina pramuka di lapangan dalam menerapkan pelatihan kepramukaan berbasis "Urban Scouting Skills" yang cukup kompleks dan beragam. 
  • Pada tataran operasional Kwartir hendaknya menjalin kerjasama dengan instansi pemerintah agar para peserta didik pramuka bisa memanfaatkan fasilitas dan staf pemerintah sebagai media dan nara sumber latihan ketrampilan "urban scouting skills". Fasilitas tersebut misalnya Balai Latihan Kerja, Pusat Pengembangan Iptek, Sanggar Seni Budaya, Pusat Pengembangan Ekonomi Kreatif, Pusat Kuliner, Pusat Bahasa, Pusat Pengembangan Ekonomi Kreatif, Daerah Tujuan Wisata, Museum, dan lembaga-lembaga lain. 
  • Kwartir hendaknya dapat pula mengembangkan kerjasama dengan instansi swasta, komunitas hobies, perkumpulan profesi, tempat wisata, perusahaan swasta, dsb agar bersedia menjadi salah satu media dan nara sumber latihan pramuka. Mengacu pada kesuksesan program "Indonesia Mengajar" yang digagas Mendikbud Anis Baswedan, tentu sangat terbuka peluang untuk menghadirkan para "bankers, pengusaha sukses, chef, pelukis, komik, sutradara, jurnalis, photographer, artis, komedian, bikers, dsb" sebagai nara sumber latihan pramuka.
Penutup
  • Menghadirkan latihan kepramukaan yang menarik dan kekinian, tidak akan mampu jika tidak memanfaatkan potensi pemerintah, masyarakat dan potensi lingkungan pendidikan lainnya. Sifat pendidikan kepramukaan yang terbuka, sukarela dan "community education bases" menghendaki adanya peran strategis dari seluruh pemangku kepentingan (pemerintah dan masyarakat) untuk ikut bertanggungjawab terhadap kelangsungan dan kualitas proses pendidikannya. 
  • Inisiatif dari segenap pemangku kepentingan perlu kembali ditumbuhkan dan dikembangkan jika ingin pendidikan kepramukaan maju, modern, adaptif dan berkorelasi dengan tantangan-tangan nyata para peserta didik kini, esok dan dikelak kemudian hari. Menjadikan urusan pendidikan kepramukaan hanya ditangan kwartir dan pemerintah, bisa dikatakan menyalahi khitah dan akan keberatan beban. Salam. Bersambung. (Anis Ilahi).
     
     
Lihat topik/entry terkait :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Catatan Ensiklopedia Pramuka merupakan kolom opini redaksi yang mengulas topik-topik kontemporer pendidikan kepramukaan seperti : renewing scouting, pramuka dan media, pramuka sebagai ekskul wajib, kepemimpinan, inovasi media dan metode latihan, pendidikan perdamaian, pendidikan moral dan etika, dll.