Selamat Datang di CATATAN REDAKTUR ENSIKLOPEDIA PRAMUKA
go to my homepage
Go to homepage

Pages

Labels

Rabu, 04 Juni 2014

Kepemimpinan Gerakan Pramuka : Berani Kalah Hebat

 


Catatan ensiklopedipramuka : dialektika  kekuasaan
BERANI KALAH HEBAT
BERANI MENANG BELUM TENTU HEBAT

Oleh Anis Ilahi Wh,
(Mantan Ketua DKD Kwarda XII DIY 1987 - 1991)


Inspirasi dari Bapak Pramuka Sri Sultan HB IX

Syahdan, dalam sebuah kegiatan kepramukaan ada kegiatan memindahkan semua angota regu dari satu tempat ke tempat lain dengan cara menggendong. Sebagai bagian dari anggota regu Sri Sultan HB IX tentu harus digendong dan juga menggendong. Teman-teman satu regunya sepakat supaya Sri Sultan HB IX tidak usah menggendong maka Beliau harus digendong duluan. Berebutlah semua anggota regu untuk bisa menggendong Beliau.

Diluar dugaan, Sri Sultan HB IX justru menolak digendong duluan. Beliau justru ingin menggendong yang pertama dan menjadi anggota yang paling akhir berangkat alias akan mengendong anggota yang terakhir. Beliau tidak mau digendong namun justru ingin menggendong – malah dua kali. Kini giliran para nggota regu lain yang saling menolak untuk digendong Sri Sultan HB IX. Dengan santun, Beliau menjelaskan bahwa sebagai anggota pramuka, semua anggota berkedudukan sama, semua harus saling memuliakan, semua harus mau menanggalkan status dan latar belakangnya demi belajar bersama, demi kemajuan bersama dan demi tercapainya cita-cita bersama.

Makna dibalik “menggendong”
Dari aspek kepemimpinan banyak makna yang bisa diambil dari cerita di atas. Almarhum Kak KGPH. Hadikusumo (Ka Kwarda Yogya 1983 - 1992, Putra HB IX), dulu dalam berbagai kesempatan pelatihan dan pendidikan kepramukaan seringkali menyampaikan makna dari ceita di atas dari perspektif kepemimpinan.

Pemimpin harus bersedia melayani, mengutamakan yang dipimpin, berorientasi pada tujuan, mengutamakan keteladanan dan kesederhanaan, bekerja lebih keras dari yang lain, membangun kerjasama dengan karya nyata, dsb. Itu semua menurut Kak Hadikusumo adalah bentuk-bentuk kepemimpinan Pramuka yang beliau rumuskan sebagai “pemimpin yang berkepemimpinan dalam keteladanan dan karya yang nyata” (Lihat Buku Rujukan KPDK Kwarda DIY, 1998).

Dalam perspektif kekuasaan (sebagai bagian dari kepemimpinan) cerita inspiratif di atas, bermakna kesediaan untuk selalu mengedepankan nilai dan norma dalam berhadapan dengan wajah kekuasaan terutama yang berdimensi “memang dan kalah”. Kesediaan “menggendong” meskipun memiliki peluang besar untuk “digendong” adalah sikap untuk memilih jalan “kalah tepatnya mengalah”.

Kalah atau mengalah seringkali memberikan pengalaman batin yang lebih kaya, membuka jendela yang lebih luas untuk mengenali kekuasaan hakiki yang hanya milik Nya, memberi kesempatan mundur selangkah demi merajut seribu langkah menyongsong masa depan yang gemilang. Filosofi jawa menyatakan “wani ngalah luhur wekasane”. Berani kalah atau mengalah akan luhur atau mulia ada pada akhirnya.

Pendidikan Pramuka juga Mengajarkan Kekalahan
Beberapa bentuk permainan dalam pendidikan kepramukaan sebenarnya mengajarkan hakikat “kalah dan menang”. Jika saja hakikat ini mampu “dieksplorasi” secara optimal oleh para Pembina Pramuka maka sejatinya pendidikan kepramukaan akan memberikan pengalaman batin dan ketrampilan yang luar biasa bagi para peserta didik untuk menghadapi situasi “kalah – menang”. Pengalaman dan ketrampilan ini sangatlah berguna sebagai bekal para pramuka menghadapi masa depan. Sebab dalam kenyataanya “hidup ini tidak pernah menang selamanya dan juga tidak pernah kalah selamanya”.

Seorang alim malah mengatakan bahwa untuk mendewasakan umat “Tuhan seringkali lebih banyak memberikan kekalahan daripada kemenangan kepada seseorang”. Dalam hidup kadang kita kalah berkali-kali, kemudian hanya menang sesekali. Namun kemenangan yang sekali itu begitu nikmat dan menghapus duka kekalahan yang berkali-kali, karena apa ? karena umumnya kemenangan hanya bisa diraih setelah mampu bangkit dari puing-puing kekalahan. Untuk bangkit dari kekalahan hanya bisa dengan cara mengambil hikmah, bukan dengan prasangka (pada Tuhan, pada diri sendiri, pada orang lain, pada system, pada alam, dst).

Berani Kalah Hebat
“Berani kalah hebat” karena tidak membutuhkan waktu lama untuk membuktikannya. Saat kekalahan tiba kemudian mensikapi dengan penuh hikmah dan mengkomunikasikannya dengan bijak adalah bukti bahwa “berani kalah itu hebat”. Dalam setiap peristiwa Pemilihan Presiden AS, saya pribadi selalu menunggu pidato dari kandidat yang kalah. Umumnya pidato ini tersusun dengan kata-kata yang sangat indah, filosofi yang mendalam, penghargaan terhadap nilai-nilai bernegara, hakikat demokrasi, dst. Sangat berkesan dan memberikan banyak perspektif.

Sayang sekali dalam Munas Gerakan Pramuka yang lalu, tidak ada kesempatan bagi para kandidat yang kalah untuk menyampaikan “pidato”. Saya sangat meyakini jika kesempatan ini diberikan, para Kandidat akan memberikan pidato yang luar biasa, pidato yang sangat filosofis dan pidato yang menginspirasi karena para Kandidat Ka Kwarnas memang orang-orang yang luar biasa. (Bagi saya, ketiadaan pidato ini makin menunjukan bahwa mekanisme dan prosedur pemilihan Ketua Kwarnas memang sangat liberal dan harus diganti, hehe …)

Berani Menang Belum Tentu Hebat
Jika berani kalah hebat, maka berani menang belum tentu hebat karena pembuktiannya panjang. Banyak ranjau untuk menjadi pemenang yang hebat. Dalam konteks Gerakan Pramuka, besarnya organisasi, banyaknya jumlah anggota dan beragamnya tantangan yang dihadapi menunjukan bahwa menjadi “pemenang yang hebat” sungguh tidak mudah.

Menerjemahkan renstra, renja, progja amanat Munas ditengah keterbatasan sumber daya (manusia, dana dan sarana) juga membutuhkan kreativitas dan kerja keras. Belum lagi menghadapi “pribadi-pribadi” yang penuh kepentingan dan besikap “pragmatis transaksional” tentu akan tambah menguras energi.

Semua hal di atas sudah barang tentu membutuhkan kecermatan, membutuhkan kebijakan, membutuhkan sudut pandang yang multi dimensional – sungguh panjang untuk “membuktikan hebatnya sebuah kemenangan” di alam Gerakan Pramuka. Maka untuk itu bersama dengan tumbuhnya harapan baru, kita bantu dengan doa agar Kak Adhyaksa sebagai pemegang amanah “kemenangan” dapat sukses mengemban tugas. Amin.

Salam Pramuka
Anis Ilahi Wh. – Redaktur Ensiklopediapramuka.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Catatan Ensiklopedia Pramuka merupakan kolom opini redaksi yang mengulas topik-topik kontemporer pendidikan kepramukaan seperti : renewing scouting, pramuka dan media, pramuka sebagai ekskul wajib, kepemimpinan, inovasi media dan metode latihan, pendidikan perdamaian, pendidikan moral dan etika, dll.