Selamat Datang di CATATAN REDAKTUR ENSIKLOPEDIA PRAMUKA
go to my homepage
Go to homepage

Pages

Labels

Selasa, 03 Juni 2014

Kegiatan Kepramukaan sebagai Ekskul Wajib di Sekolah (5) : Mencari Formula Kegiatan Kepramukaan yang Inovatif



Catatan ensiklopediapramuka.com :
urun rembug pengelolaan pramuka wajib di sekolah (5)


ASYIKNYA, BERDISKUSI DENGAN PARA PEMBINA GUDEP
YANG BERPANGKALAN DI MADRASAH

(mencari formula kegiatan kepramukaan sebagai ekskul wajib 
yang selaras dengan siswa madrasah)

Oleh : Anis Ilahi Wh
(Mantan Ketua DKD Kwarda XII DIY tahun 1987 - 1991)


Tantangan Yang Nyata

Catatan ini saya buat berdasarkan pengalaman menjadi narasumber workshop dengan sejumlah Pembina Pramuka yang super yang mengabdikan diri di Gudep yang berpangkalan di Madrasah Jakarta. Sebuah pertemuan yang sangat mengesankan dan sarat makna.

Diawal pertemuan seorang Pembina sudah lantang berbicara : “Dengan sistem sukarela, kami hanya bisa merekrut 40 siswa menjadi anggota ambalan dari 1000 siswa Madrasah. Banyak faktor penyebab seperti persepsi kegiatan kepramukaan yang tidak menarik, sarana prasrana yang terbatas, kekurangan pembina dan kurangnya panduan atau informasi kebijakan arah pendidikan kepramukaan yang inovatif dari Kwartir. Jika sejumlah persoalan tersebut belum bisa di atasi maka saya tidak membayangkan bagaimana harus membina 1000 siswa”.

Pembina lain berujar “Pendidikan kepramukaan sebagai sebuah model dan norma sangatlah ideal. Namun yang kami butuhkan justru pada tataran operasional. Gampangnya bagaimana membuat agenda latihan kepramukaan yang sesuai dengan karakter, aspirasi dan keinginan anak dan remaja zaman sekarang”. Para pembina lainnya juga mengemukakan sejumlah persoalan yang intinya sama.
Setelah selesai sesion curah gagasan, saya mencoba menawarkan sebuah ide bahwa workshop hari ini harus memiliki semangat berinovasi, mencari jalan keluar, breakthrough, out of the box, dan semangat ingin memberikan layanan terbaik kepada para siswa madrasah dalam mengikuti ekskul wajib pramuka. Tawaran itu ternyata diterima dan beberapa ide luar biasa di bawah ini adalah hasilnya.

Norma Dasar

Peserta workshop sepakat bahwa semangat menginovasi materi pendidikan kepramukaan sebagai ekskul wajib harus berpedoman pada Norma dan Prinsip Dasar Keperamukaan, Metode Kepramukaan dan Internalisasi nilai-nilai Kode Kehormatan Pramuka (satya dan darma) dalam kehidupan nyata melalui berbagai kegiatan yang menarik dan mengandung pendidikan yang diaksanakan di alam terbuka.

Proses Pengelolaan

Proses pengelolaan Latihan, merupakan aspek yang menjadi perhatian pertama oleh peserta workshop. Ini sangat wajar sebab model dan proses pengelolaan ekskul wajib merupakan pondasi yang penting sebelum segala sesuatunya dijalankan. Pondasi yang rapuh akan rapuh pula bangunannya.

Workhsop menyimpulkan bahwa pengelolaan ekskul wajib pramuka perlu dirancang dengan proses dan tahapan yang baik dari mulai tahap awal – tahap pelaksanaan – tahap eveluasi dan tahap pengembangan. Pelaksanaan riset merupakan proses di awal yang sangat penting. Melalui riset dapat dipetakan persepsi, harapan dan keinginan para siswa terhadap kegiatan kepramukaan. Pemetaan yang baik akan melahirkan program dan layanan pendidikan yang baik pula.

Tahap berikutnya adalah masa orientasi (dikemas dalam persami) digunakan untuk mengobservasi para siswa yang memiliki potensi kepemimpinan. Kegiatan orientasi harus membuka peluang munculnya potensi, minat dan bakat kepemimpinan para peserta didik.

Dianpinsat adalah tahap berikutnya setelah orientasi. Dianpisat merupakan wadah mengembangkan siswa yang memiliki potensi kepemimpinan yang akan diproyeksikan untuk menjadi ketua sangga dan calon pengurus ambalan.

Tahap selanjutkan Rapat Kerja, peserta hasil dianpinsat dengan pengurus ambalan lama melaksanakan raker untuk menyusn program baik program latihan rutin maupun non rutin. Tahap akhir adalah pelaksanaan hasil raker dengan prinsip dari oleh dan untuk diri mereka sendiri yang diikuti dengan evaluasi dan pengembangan baik secara rutin maupun periodic.

Agenda Latihan Rutin
Hal terpenting yang mengemuka selama workshop adalah strategi merancang agenda latihan rutin. Persoalan mendasar yang dihadapi adalah memilih materi yang tepat dan mengatasi keterbatasan nara sumber latihan. Terhadap persoalan ini saya mengajak peserta workshop untuk mengeksplore pendekatan pendidikan kepramukaan seperti simple scouting, community education (terbuka dan partisipatif), modern scouting, special program, labaratorium gugudepan.

Modern Scouting

Melalui pendekatan ini sangat memungkinkan untuk memenuhi aspirasi peserta didik dan sekaligus mendekatkan persoalan-persoalan aktual dilingkungannya menjadi materi latihan kepramukaan, sehingga dengan demikian nilai guna dan relevansi pendidikan kepramukaan menjadi sangat nyata bagi diri dan lingkungannya.

Beberapa materi yang saya tawarkan untuk didiskusikan terkait dengan modern scouting ini adalah peace education (resolusi konflik dan pluralism), mitigasi bencana, entrepreneur dan leadership, ekonomi kreatif, media literasi (text production & text consumpsion), community development, dan personal development (jurnalistik, desain grafis, kriya, lukis, pameran, dsb).

Para Pembina ternyata sangat antusias dalam membedah materi ini. Bahkan lahir ide brilian seperti materi leadership agar sesuai dengan karakter siswa madrasah dikembangkan dengan mengacu pada model kepemimpinan Rosullulloh dan para khulafaur rasyidin. Luar biasa !.

Simple Scouting & Dekat Dengan Alam

Prinsip ini menjadi fokus diskusi. Dengan prinsip ini pendidikan kepramukaan harus dilaksanakan dengan memanfaatkan semua sumberdaya yang ada disekitar kehidupan peserta didik baik berupa lingkungan alam, lingkungan sosial budaya, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sumberdaya manusia, dan sumber daya lain, dilakukan dengan cara-cara sederhana namun berdampak mendalam bagi perkembangan spiritual, emosional, sosial, intelektual dan fisik.

Program ini misalnya : kunjungan dan bersih-bersih taman pahlawan, belajar administrasi desa bersama pak Lurah, belajar kamtibmas bersama Pak Kapolsek, belajar wirausaha dengan Tukang Gorengan, dsb.

Community Education yang Terbuka & Partisipatif
Tema ini menjadi bahan diskusi terutama untuk mengatasi keterbatasan narasumber latihan. Disepakati bahwa fungsi Pembina Pramuka bukanlah orang yang serba bisa, namun orang yang bisa bekerjasama dengan banyak nara sumber belajar. Pembina Pramuka adalah orang yang bisa mengundang dan mengemas kehadliran nara sumber belajar lain untuk memberikan pengalaman, menginspirasi dan melatih ketrampilan tertentu kepada peserta didik dalam suasana pendidikan kepramukaan yang menyenangkan, menginspirasi dan memotvasi.

Narasumber belajar bisa berasal dari mana saja dan siapa saja. Bisa orang tua siswa (yang punya keahlian tertentu), guru, tokoh masyarakat, tokoh profesional hingga pejaga sekolah, tukang bakso, tukang gorengan, sopir bus, dsb. Yan penting mereka bersedia hadir dan bersedia bekerjasama dengan Pembina Pramuka untuk berbagi pengalaman dalam suasana latihan kepramukaan.

Terkait dengan pendekatan ini, misalnya melalui kerjasama dengan Guru Bahasa Inggris dan guru lain, dilaksanakan perkemahan (persami) berbahasa Inggris dengan materi tentang science, bahasa, dan ilmu pengetahuan sosial. Sebuah Persami yang Manarik dan Menantang, tentu !

Program Unggulan

Perkemahan, penjelajahan & permainan merupakan sejumlah metode unggulan pendidikan kepramukaan yang disepakati harus diprogramkan secara khusus. Terkait dengan hal ini peserta workshop mengexercises bahwa untuk melengkapi latihan rutin dan pematangan sikap dan mental peserta didik, maka selama mengikuti ekskul wajib pramuka paling tidak harus mengikuti 2 kali persami, 1 kali perkemahan gudep dan jika mungkin 1 kali perkemahan besar bersama gudep lain. Juga peserta didik minimal harus megikuti 2 kali penjelajahan (1 jelajah kota dan 1 jelajah alam dengan durasi 1 sampai 2 hari).

Laboratorium Gudep

Dari workshop ini juga timbul ide yang menarik tentang pentingya sebuah gudep memiliki “laboratorium” sesuai dengan karakternya. Misalnya, sebuah gudep yang menekankan community development perlu memiliki laboratorium berupa kawasan pemukiman tempat peserta didik dapat berlatih dan mengembangkan kemampuannya di bidang sosial kemasyarakatan, keagamaan, lingkungan hidup, pendidikan, dsb. Laboratorium ini juga bisa berupa lokasi penghijauan, lokasi pengelolaan sampah, apotik hidup, toko pramuka, lokasi pendidikan anak jalanan, dsb.

Demikian semoga bermanfaat dan menginspirasi. Salam Pramuka.


Anis Ilahi Wh
Redaktur ensiklopediapramuka.com

0 komentar:

Posting Komentar

 
Catatan Ensiklopedia Pramuka merupakan kolom opini redaksi yang mengulas topik-topik kontemporer pendidikan kepramukaan seperti : renewing scouting, pramuka dan media, pramuka sebagai ekskul wajib, kepemimpinan, inovasi media dan metode latihan, pendidikan perdamaian, pendidikan moral dan etika, dll.