Selamat Datang di CATATAN REDAKTUR ENSIKLOPEDIA PRAMUKA
go to my homepage
Go to homepage

Pages

Labels

Rabu, 04 Juni 2014

Kepemimpinan Gerakan Pramuka : Sisi Humanis Kepemimpinan Kak Azrul

 



Catatan ensiklopediapramuka.com : Mengenang Kak Azrul Azwar

SISI HUMANIS
KEPEMIMPINAN KAK AZRUL

Oleh : Anis Ilahi Wh
(Mantan Ketua DKD Kwarda XII DIY, tahun 1987 - 1991)


Perjumpaan yang Relatif Singkat

Perjumpaan saya dan mas Budi Ruseno dengan Kak Azrul relatif pendek dibanding periode kepemimpinan Beliau sebagai Ka Kwarnas selama dua periode atau 10 tahun. Kami berjumpa 3 tahun lalu, saat diminta bantuan untuk mengembangkan kembali PT. MOLINO PRAMUKA. Dalam perjumpaan yang singkat tersebut, cukup banyak kesan terutama dalam hal memaknai sifat kepemimpinan Kak Azrul.

Dari rekam jejak Kak Azrul, tampak bahwa energi kepemimpinannya telah tumbuh dan berkembang sejak mahasiswa yang berhasil menjabat sebagai Ketua Dewan Mahasiswa Universitas Indonesia. Karier profesionalnya juga berkembang seiring dengan pengabdiannya di berbagai organisasi profesi kedokteran dari tingkat nasional hingga Internasional. Demikian pula karier akademiknya juga sangat bergengsi karena berhasil meraih status Guru Besar Fakultas Kedokteran UI, dengan sejumlah karya ilmiah yang hingga saat ini masih menjadi rujukan diberbagai Universitas dan Rumah Sakit. Karier Kak Azrul dibidang pemerintahan juga berhasil menduduki jenjang eselon 1 Kementrian Kesehatan sebagai salah satu Direktur Jenderal.

Dari catatan rekam jejak di atas, secara subyektif saya melihat bahwa fase kepemimpinan Kak Azrul sebagai Ka Kwarnas merupakan fase kepemimpinan yang dalam Bahasa Jawa disebut “sudah menep” atau kepemimpinan yang sudah kenyang akan “asam manisnya kekuasaan”. Dengan kata lain juga bisa dimaknai sebagai kepemimpinan yang sudah “terinternalisasi” karena antara kepemimpinan sebagai aspek teknis, filosofi, strategi, sistem nilai, aspek budaya dan kepemimpinan sebagai bentuk pengabdian terhadap sesama telah menjadi satu kesatuan yang utuh.

Mendalam dan beragamnya pengalaman Kak Azrul sedikit banyak telah membentuk pola kepemimpinan yang sangat humanis, yaitu pola kepemimpinan yang dicirikan dengan sifat bersedia meminta tolong, sangat ringan mengucapkan kata maaf, dan takzim mengucapkan terimakasih kepada siapapun, dimanapun, kapanpun dan atas alasan apapun.
Bersedia Meminta Tolong
Tiga tahun yang lalu, ketika kami dipanggil Kak Azrul beliau singkat berkata “Tolong, MOLINO dikembangkan agar menjadi unit usaha yang bisa menopang kemandirian organisasi, dapat menjadi sarana layanan para Pramuka didalam memenuhi perlengkapan latihan, juga jangan dilupakan MOLINO harus mampu dikembangkan sebagai tempat mengembangkan jiwa kewirausahaan pramuka. Kwarnas tidak bisa memberi modal banyak, namun saya bersedia menerima kapanpun anda berdua untuk berdiskusi tentang pengembangan Molino. Semoga berhasil”.

Perjumpaan pertama itu sangat berkesan, karena Kak Azrul mengawali dengan kata-kata “meminta tolong”. Tidak mudah bagi pemimpin yang memiliki otoritas sangat besar mengucapkan kata-kata "minta tolong" ketika menugaskan seseorang yang berada di bawah otoritasnya. Bagi saya yang mantan Ketua DKD Kwarda DIY, otoritas Kak Azrul sebagai Ka Kwarnas sangatlah saya hormati. Istilahnya, dipanggil Ka Kwarnas saja sudah merupakan sebuah kehormatan, ketika ternyata diberi tugas oleh Beliau dengan bahasa "meminta tolong" sungguh merupakan hal yang luar biasa.

Dalam perjalanan berikutnya, saya melihat ternyata Kak Azrul memang sangat mudah mengucapkan kata “meminta tolong” kepada siapapun untuk keperluan apapun. Bahkan kata-kata "meminta tolong" juga Beliau ucapkan meskipun untuk sebuah “instruksi pimpinan kepada bawahan”. Sangat tampak, Kak Azrul lebih suka mengembangkan kepemimpinan berdasar otoritas kultural yang sesuai dengan norma kepemimpinan organisasi pendidikan kepramukaan dari pada otoritas birokratis yang bisa saja Beliau lakukan jika mau, melihat luas dan besarnya “kekuasaan” Ka Kwarnas.

Bagi sebagian orang kepemimpinan yang mendasarkan diri pada otoritas kultural, memang tampak sebagai “wajah kepemimpinan” yang lemah. Namun demikian Kak Azrul justru memberikan contoh nyata bahwa kepemimpinan berdasar otoritas kultural memiliki kekuatan yang besar dan segaris dengan norma-norma pendidikan kepramukaan.

Dengan otoritas kultural Kak Azrul memperlakukan semua keluarga besar Gerakan Pramuka sebagai adik, sebagai Kakak, sebagai sahabat, sebagai kawan sepersaudaraan bakti. Faktor inilah yang kemudian menjadikan Beliau sangat dicintai oleh para pramuka di seluruh pelosok negeri.
Begitu ringan mengucapkan kata “maaf”.
Mengembangkan unit usaha MOLINO ternyata tidaklah semudah dibayangkan, keterbatasan modal, keterbatasan SDM, keterbatasan teknologi menjadikan peluang-peluang yang ada tidak bisa digarap optimal menjadi usaha yang produktif dan profit yang besar. Terhadap situasi ini Kak Azrul kadang menampakkan kekecewaannya. Sesekali juga menegur dengan keras. Namun demikian setiap kali kekecewaan dan teguran itu disampaikan selalu diakhir dengan kata-kata “maaf” kemudian memotivasi agar tidak pantang menyerah.

Pada kenyataannya, ringannya mengucapkan kata “maaf” juga menjadi ciri kepemimpinan Kak Azrul dalam berbagai kesempatan menjalankan peran dan fungsi sebagai Ka Kwarnas. Terhadap cara bersikap seperti ini pada suatu kesempatan Kak Azrul berujar “sebesar dan seluas apapun ruang lingkup kepemimpinan seseorang pasti tidak akan lepas dari kehilafan dan kesalahan, ini adalah kodrat manusia – jadi biarpun kita punya otoritas meminta maaf adalah hal yang biasa saja”

Seringkali kepemimpinan yang dimaknai sebagai sebuah “otoritas kekuasaaan” meminta maaf adalah hal yang tidak mudah. Plesetan gaya kepemimpinan bahwa “bos always right” menunjukan adanya tradisi “kekuasaan yang selalu ingin dianggap benar”. Pada sisi lain kepemimpinan yang dilandasi “kesediaan meminta maaf” adalah bentuk pemaknaan “otoritas kekuasaan” sebagai sebuah amanah untuk memanusiakan manusia dan bukan menjadikan manusia sebagai “alat” dalam sebuah dinamika organisasi yang kadang sangat kompleks. Kak Azrul memilih bentuk yang kedua ini, sebagaimana yang bisa saya lihat dan saya rasakan.

Takzim Mengucapkan Terimakasih
Masih dalam konteks MOLINO, sebagai perusahaan yang sedang tumbuh disamping ada sejumlah masalah ada pula sejumlah prestasi dan prospek kedepan yang berhasil diraih. Terhadap hal ini seringkali Kak Azrul mengucapkan terimakasih, bahkan sampai berkali-kali hingga membuat seluruh staf Molino tersipu. Kak Azrul begitu ringan dan spontan mengucapkan berkali-kali terimakasih atas sebuah hal, jika menurut Beliau hal tersebut akan membawa kebaikan bersama dan kebaikan bagi Gerakan Pramuka. Sepanjang yang saya lihat, sikap semacam ini juga Beliau lakukan kepada banyak pihak.

Bulan November lalu, ketika saya mendapat kesempatan mendampingi Kak Azrul bertemu dengan Pimpinan Pramuka Saudi Arabia untuk kerjasama “umroh pramuka”, disela-sela ibadah umroh saya sempat bertanya pada beliau, apa makna tradisi kepemimpina yang takzim mengucapkan terimakasih. Beliau setengah bergumam menjawab “sehebat, sebesar, sekuat apapun seorang pemimpin tidak akan bermakna apa-apa tanpa bantuan pihak lain. Status pemimpin yang disematkan dipundak seseorang hanyalah pangkat sementara. Pangkat itu akan memberi makna jika mampu berterimakasih pada pihak lain, sekecil apapun peran pihak lain itu. Toh, pemimpin tidak akan berarti apa-apa tanpa ada yang dipimpin, kan ..”. Sebuah kata-kata yang klise namun tetap memiliki kedalaman makna.

Kepemimpinan yang tidak segan mengucapkan terimakasih merupakan bentuk kesadaran tertinggi akan pentingnya penghargaan terhadap pihak lain dalam sebuah dinamika organisasi. Dalam model kepemimpinan semacam ini, dinamika organisasi untuk mencapai tujuan yang ditetapkan, senantiasa memperlakukan “pihak lain” sebagai pihak yang layak dimuliakan. Hal itu karena sekecil apapun mereka pasti punya peran, punya andil dan punya kemauan. Dalam pandangan saya Kak Azrul berada dalam zona ini. Meski Molino hanyalah sebatang “paku kecil” dalam konteks “rumah besar Gerakan Pramuka”, Beliau tetap memuliakan dan tidak segan mengucapkan terimakasih atas sejumlah hal yang telah berhasil diraih.

Dalam sejarah kepemimpinan orang-orang besar, selalu ada sebuah anomali yaitu “kepemimpinan yang senang berterimakasih, seringkali justru tidak “diterimakasihi” oleh beberapa pihak lain yang sangat mungkin justru orang-orang dekat, orang-orang kepercayaan, orang-orang yang diberi jalan atau orang-orang yang tidak secara bertanggungjawab menikmati kekuasaannya”.

Apakah anomali di atas juga terjadi pada sejarah Kepemimpinan Kak Azrul ? tentu hanya Allah yang tahu. Yang pasti, Allah justru telah menunjukan kecintaan Nya dengan memanggil Kak Azrul untuk segera kembali ke haribaan Nya. Sangat mungkin, Allah memang tidak menginginkan Kak Azrul menyaksikan jika anomali itu memang ada dan terjadi – syukur-syukur kalau tidak ada dan memang sebaiknya janganlah sampai ada dan terjadi karena Kak Azrul orang baik.

Selamat Jalan Kak Azrul. Salam Pramuka. Allahumma firlahu warhamhu waafihi wa'fuanhu. Al Fatikhah.
Anis Ilahi Wh
Pemred

0 komentar:

Posting Komentar

 
Catatan Ensiklopedia Pramuka merupakan kolom opini redaksi yang mengulas topik-topik kontemporer pendidikan kepramukaan seperti : renewing scouting, pramuka dan media, pramuka sebagai ekskul wajib, kepemimpinan, inovasi media dan metode latihan, pendidikan perdamaian, pendidikan moral dan etika, dll.