Selamat Datang di CATATAN REDAKTUR ENSIKLOPEDIA PRAMUKA
go to my homepage
Go to homepage

Pages

Labels

Rabu, 04 Juni 2014

Kepemimpinan Gerakan Pramuka : Dinamika Munas Gerakan Pramuka Tahun 2013

 

Catatan ensiklopediapramuka.com : dialektika kekuasaan


NGGAK ADA LO, NGGAK RAMAI !
(kisah para resi, tim sukses dan pemandu sorak)

Oleh : Anis Ilahi Wh
(Mantan Ketua DKD Kwarda XII DIY 1987 - 1991)
 


Jempol untuk Facebooker Pramuka

Munas Gerakan Pramuka di Kupang, tidak hanya ramai di alam nyata tetapi juga sangat heboh di alam facebook. Hal ini tidak mengherankan karena di jagat FB banyak sekali group pramuka dengan anggota ratusan ribu. Topik munas dari beragam sudut pandang menjadi bahasan yang menarik khas media sosial yang kadang inspiratif, kadang provokatif, kadang dialektik, kadang sarkastik, dst.

Sangat disayangkan panitia munas dan para kandidat belum memanfaatkan media sosial (FB, dkk) secara terencana dan tekonsep sebagai salah satu media sosialisasi dengan segenap kekurangan dan kelebihannya. Padahal melalui media sosial akan dapat digalang partisipasi secara luas dan efektif sehingga munas bisa dikemas menjadi “hajatan” bersama seluruh anggota pramuka agar lebih ramai, lebih demokratis dan terhindar dari kesan elitis.
Kisah Para Resi.
Sebutan resi berasal dari dialog saya dengan beberapa facebooker pramuka. Dialog ini menanggapi status FB beberapa pelatih yang menjadi “juru kampanye/pendukung” calon tertentu secara terbuka. Ini fenomena menarik ketika para Pelatih yang dikenal sebagai “penjaga ruh, moral dan etik pendidikan kepramukaan” justru melibatkan diri dalam sebuah “arena perebutan kekuasaan” apapun motivasi dan alasannya.
Diskusi menjadi sangat panjang terutama di inbox saya , hingga sampai pada kesimpulan : meski tidak ada aturan yang melarang namun sebaiknya para pelatih pramuka tidak perlu melibatkan diri dalam arena pemilihan ketua kwartir apalagi dengan model pemilihan langsung yang seringkali menciptakan fragmentasi, segregasi, segmentasi dan kadang berujung “konflik”.
Para pelatih hendaknya lebih menempatkan diri sebagai “resi” dgn membiarkan “pertarungan kekuasaan” menjadi wilayah kerja para “kesatria”. Dimensi pertarungan kekuasaan yang bersifat kalah menang sangat tidak sejajar dengan wilayah kerja para resi yang berada pada tataran “benar – salah, baik- tidak baik, elok-tidak elok, manfaat – tidak manfaat, dst”. Dikhawatirkan jika pare resi masuk ke wilayah kerja “menang kalah” akan melunturkan kewibawaan disamping tentu saja ditakutkan tidak ada lagi figur yang dapat “mencarikan jalan pencerahan” ketika medan pertarungan para kesatria keluar dari fatsun organisasi, deadlock atau bahkan terjadi pelanggaran kode kehormatan.
Kisah Para Tim Sukses
Meski di FB tidak secara terang-terangan terdapat juga beberapa person yang bertindak seolah-olah sebagai “tim sukses” kandidat tertentu, tidak salah dan malah baik. Sangat sulit mengenali mana yang tim sukses dan mana yang bukan karena dalam model pemilihan ka kwarnas tidak ada kewajiban para kandidat mengumumkan tim suksesnya. Inilah yang kemudian di FB seringkali terjadi “silang pendapat” antara seseorang yang ditengarai sebagai tim sukses dengan yang tidak.

Kedepan jika pemilihan ketua kwartit tetap akan dilaksanakan dengan cara langsung “one delegatian one vote”, maka sebaiknya para kandidat diwajibkan untuk mendaftarkan tim suksesnya secara resmi agar semua pihak bisa mengenalinya baik pemikiran, tulisan, maupun ucapannya. Ketidak terusterangan status tim sukses ini ternyata berdampak pada banyak hal, diantaranya :
Pertama, kecenderungan para pendukung (baca : tim sukses) menggunakan dikotomi kader internal dan ekstrenal, pramuka dan tidak pramuka dalam mengkampanyekan kandidatnya telah “menjerumuskan” pola pemilihan ketua kwarnas lebih sebagai “pertarungan figur” daripada “pertarungan gagasan”. Figur dan latarbelakangnya lebih ditonjolkan daripada gagasan apa yang ditawarkan untuk kemajuan Gerakan Pramuka ke depan.

Pertarungan figur juga lebih berpotensi membangun konflik daripada membangun konsolidasi ide, pembaharuan wacara, dan reformasi aksi-aksi organisasi, aksi-aksi pendidikan dan aksi-aksi pengabdian/pemberdayaan masyarakat oleh Gerakan Pramuka ke depan.
Kedua, ketidakterusterangan status tim sukses akan menyebabkan sulitnya “kontrol bersama” terhadap sepak terjang yang bersangkutan setelah kandidatnya menang. Sudah jamak terjadi para tim sukses akan bermetamorfosa menjadi “inner cyrcle” kandidat yang menang, itu tidak masalah, tidak soal dan wajar. Namun realitas juga menunjukan bahwa tim sukses yang menjadi “inner cycle” seringkali menunjukan wajah aslinya yaitu ada yang berwajah “pragmatis transaksional” dan ada yang berwajah “idealis transformatif”.

Kelompok “pragmatis transaksional” akan membebani kepemimpinan kandidat dan organisasi ke depan karena motiviasi utamanya “saya kerja apa untuk mendapatkan apa”. Sedangkan kelompok “idealis transformasional” bisa jadi akan memperkuat kepemimpinan kandidat dan membawa manfaat kepada organisasi kedepan karena motivasi utamanya “terus mendorong perubahan meski dalam sunyi senyap sekalipun”.

Apakah perjalanan kandidat pemenang ka kwarnas kedepan akan diwarnai oleh “inner cyrcle” yang berwatak pragmatis transaksional atau yang berwatak idealis transformasional atau malah ada kedua-keduanya, waktulah yang akan menjadi saksi. Yang pasti meski di FB statusnya samar-samar para “tim sukses” itu sudah meramaikan suasana munas di dunia maya.

Kisah para Pemandu Sorak
Inilah kelompok terbesar yaitu partisipan atau facebooker pramuka yang bertindak sebagai komentator, agitator, motivator, narrator, dan motor penggerak. Mereka ini bukan golongan “para resi” dan juga bukan “para tim sukses” namun memiliki kepedulian yang sangat mendalam terhadap munas Gerakan Pramuka. Mereka telah “menumpahkan” segala idenya dalam beragam tulisan yang sangat bernas tentang “ bagaimana sebaiknya Gerakan Pramuka” kedepan.
Para pemandu sorak atau facebookers pramuka inilah pemenang sejati munas, karena mereka akan terus eksis 5 tahun kedepan. Mereka melalui FB dipastikan akan terus bersorak sorai - girang ketika kepemimpinan baru membawa angin segar perubahan. Mereka dipastikan akan menggerutu jika kondisinya sama saja. Mereka dipasikan juga akan “meradang” seperti yang sudah-sudah jika ada kebijakan yang tidak pas. Inilah watak pemandu sorak yang sebenarnya yaitu “dalam kebisingan tersirat dan tersurat semangat menuju masa depan yang lebih baik”.
Kepada teman – teman pemandu sorak atau facebooker pramuka tetaplah eksis, karena sejatinya “nggak ada lo nggak ramai” dan jangan biarkan “Gerakan Pramuka” kesepian di alam maya dan alam nyata. Sepi dalam beragam makna, tentunya, karena bagi yang tidak suka sepi, sepi itu konon menakutkan !!!

Salam Pramuka
Anis Ilahi Wh -
Redaktur ensiklopediapramuka.com

0 komentar:

Posting Komentar

 
Catatan Ensiklopedia Pramuka merupakan kolom opini redaksi yang mengulas topik-topik kontemporer pendidikan kepramukaan seperti : renewing scouting, pramuka dan media, pramuka sebagai ekskul wajib, kepemimpinan, inovasi media dan metode latihan, pendidikan perdamaian, pendidikan moral dan etika, dll.